Minggu, 22 April 2018

Dana Desa Belum Berdampak

Mendi blog.
Suara Pembaruan; Rabu, 4 April 2018
[JAKARTA] Dana desa yang digelontorkan pemerintah sejak 2015 belum menunjukkan dampak yang signifikan bagi kesejahteraan masyarakat di desa. Salah satu penyebab adalah sebagian besar dana desa justru dibelanjakan di perkotaan. Data Badan Pusat Statistisk (BPS) menunjukkan, jumlah penduduk miskin di perdesaan pada September 2017 mencapai 16,3 juta jiwa atau 13,47% dari jumlah penduduk di desa. Meski turun dibandingkan Maret 2017 yang sebanyak 17,1 juta jiwa (13,93%), proporsi jumlah penduduk miskin di perdesaan hampir dua kali lipat dibandingkan penduduk miskin perkotaan sebanyak 10,3 juta jiwa atau 7,26% dari jumlah penduduk kota. Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi mengklaim bahwa manfaat dana desa telah dirasakan masyarakat. Namun, faktanya, dampak positif itu belum dirasakan seluruh desa, seperti yang terjadi di Kupang, NTT. Masih banyak desa yang miskin karena penggunaan dana desa tidak tepat sasaran dan tidak fokus pada produk unggulan desa. Sebagian besar dana desa justru “dilarikan” ke luar desa. Pembenahan harus segera dilakukan agar dana desa berdampak luas terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat perdesaan. Peneliti Komite Pemantau Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Arman Suparman meminta aparat desa membuat skala prioritas pembangunan. Pasalnya, dana desa dalam satu tahun anggaran tidak cukup membiayai seluruh pembangunan desa. “Desa mesti membuat skala prioritas, sehingga pembangunan desa bisa dilakukan secara bertahap berdasarkan skala tersebut,” ujar Arman kepada SP di Jakarta, Rabu (4/4). Soal sistem penyaluran dana desa, menurut Arman, sistem yang ada sekarang sudah cukup bagus, yakni dari rekening 
kas umum negara (RKUN) ke rekening kas umum daerah (RKUD), selanjutnya ke rekening kas desa (RKD). Yang menjadi persoalan adalah pencairan itu mengandaikan seluruh persyaratan dari level paling bawah (desa) sudah lengkap. “Keterlambatan pencairan selama ini lebih karena desa atau daerah belum melengkapi persyaratan tersebut,” tuturnya. Dikatakan, persoalan utamanya adalah kesiapan kapasitas sumber daya manusia (SDM) desa dalam menyiapkan dokumen persyaratan. Masih banyak desa yang belum mampu menyusun peraturan desa (perdes) mengenai APBDesa. “Karena itu, kehadiran pendamping desa menjadi sangat penting. Persoalannya kemudian, apakah pendamping desa memiliki kapasitas untuk itu? Sebab, ada desa yang mengeluh soal inkompetensi pendamping desa ini,” ujarnya. Seperti diketahui, besaran dana yang digelontorkan ke desa, baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi dan kabupaten/kota, cukup besar. Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemdes PDTT) memperkirakan total dana yang mengalir ke 74.910 desa di seluruh Indonesia mencapai lebih dari Rp 300 triliun setiap tahun. Dana-dana yang lokusnya untuk desa ini datang dari berbagai sumber, seperti Dana Alokasi Khusus (DAK), Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa, dana dari provinsi, dan dana yang dikelola oleh setiap kementerian/lembaga, yang fokusnya ke pedesaan. Khusus Dana Desa saja, tahun ini pemerintah pusat mengucurkan Rp 60 triliun atau sekitar 3 kali lipat dari bantuan langsung tunai (BLT).
Problematika Berbeda Sekretaris Jenderal Kemdes PDTT Anwar Sanusi mengakui bahwa problematika di setiap daerah atau desa berbeda. Pada tahun pertama dan kedua pelaksanaannya, hampir 90% 
dana desa dibagikan rata untuk setiap desa tanpa membedakan kondisi tertentu, seperti luas wilayah, jumlah penduduk, dan tingkat kemiskinan. Daerah-daerah yang wilayahnya tidak terlalu luas atau jumlah penduduk serta kondisi kemiskinan tidak terlalu tinggi, lebih mampu menemukan akar persoalan di desa dan bisa segera dicairkan solusi yang tepat. Sementara, sebagian desa lagi masih berkutat dengan problematika yang sudah ada sebelum dana desa dikucurkan. Menurut Anwar, berbagai kekurangan dan persoalan dalam pengelolaan dana desa akan dikoreksi tahun ini. Desa-desa yang belum mampu mengelola anggaran akan menjadi fokus perhatian pemerintah pusat melalui berbagai intervensi, seperti program padat karya tunai. Tahun ini, pemerintah menargetkan 100 desa di 10 kabupaten menjadi sasaran program padat karya tunai. Hingga 2019, ditargetkan ada 1.000 desa di 100 kabupaten.
“Ini adalah salah satu solusi yang pemerintah buat untuk mengantisipasi berbagai keterpurukan atau ketertinggalan desa, seperti angka balita stunting yang tinggi, lapangan kerja minim, pengangguran tinggi, dan kondisi kemiskinan yang masih tinggi,” kata Anwar kepada SP di Jakarta, Selasa (3/4). Dikatakan, bila dilihat dari kebutuhan, dana yang masuk ke desa memang masih belum cukup. Untuk itu, Kemdes PDTT mencari sumber lain yang bisa mendorong pembangunan di desa. Salah satunya dengan mengembangkan Produk Unggulan Kawasan Pedesaan (Prukades), di mana desa-desa yang tadinya miskin didorong untuk memiliki produk unggulan dengan skala produksi yang besar, sehingga meningkatkan ekonomi di desa tersebut. Masih banyak desa yang miskin, karena mereka tidak fokus pada produk unggulan tertentu. Selain itu, produk desa dijual dalam bentuk bahan baku atau bahan mental, sehingga nilai ekonominya kecil.
Dia mencontohkan, kopi mentah dari petani hanya dijual dengan harga sekitar Rp 300.000/kg. Padahal, bila disangrai saja, harga kopi ini bisa menjadi Rp 500.000 sampai Rp 700.000/kg. Nilai ekonomi kopi akan jauh lebih tinggi apabila dijual dalam bentuk siap seduh. Persoalannya, untuk menjual produk olahan, masyarakat desa membutuhkan mesin dan fasilitas lain dengan modal yang cukup besar. Pemerintah juga mendorong daerah membentuk Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Salah satu kegiatan BUMDes adalah memastikan tersedianya pasar untuk hasil produksi petani dengan harga jual layak. Saat ini sudah terbentuk 32.900 BUMDes dari 74.910 desa yang ada di Indonesia. Sebelumnya, Menteri Desa PDTT Eko Putro Sandjojo mengatakan, tidak tepat bila dana desa dikatakan belum berdampak. Berdasarkan laporan dan data-data yang dihimpun Kemdes PDTT, dana desa sudah 
membawa banyak kemajuan baik, secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kuantitatif, dalam tiga tahun saja, dana desa berhasil membangun infrastuktur terbanyak sepanjang sejarah Indonesia dengan menyerap total anggaran sekitar Rp 127 triliun. Dana Desa mampu membangun jalan desa sepanjang 123.145 meter, jembatan sepanjang 791.258 meter, 38.217.065 meter drainase, 6.223 unit pasar desa, 65.918 unit penahan tanah, dan 2.882 unit tambatan perahu, 1.927 embung, dan 28.091 irigasi desa. Selain itu, juga terbangun berbagai fasilitas sosial dasar, seperti 37.496 unit prasarana air bersih, 108.486 unit prasarana MCK, 30.212 unit sumur, 18.072 unit PAUD, 5.314 unit Polindes, 11.414 unit Posyandu dan 3.004 unit sarana olahraga desa. Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Pemerintahan Desa (Binpemdes) Kementerian Dalam Negeri (Kemdagri), Nata Irawan mengatakan, dana desa membuat roda perekonomian di daerah meningkat, sehingga membawa dampak positif. “Sudah pasti dana desa positif, walau kita belum melakukan evaluasi secara menyeluruh. Uangnya besar, bahkan nanti pada 2019 sangat mungkin menjadi Rp 80 triliun,” ujarnya. Dikatakan, pemerintah pusat berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas SDM perangkat desa. Sebab, kapasitas yang rendah menjadi salah satu kelemahan atau hambatan dalam pengelolaan dan penyaluran dana desa. “Aparatur desa juga diberikan pemahaman soal manajemen pemerintahan desa, penyusunan peraturan desa, dan pengelolaan keuangan desa, termasuk perencanaan pembangunan desa. Provinsi ditetapkan sebagai pelatih utama. Nanti mereka melatih kabupaten, kemudian camat melatih kepala desa. Jadi, dibuat berjenjang. Sejak 2015, kami sudah sanggup melatih lebih dari 200.000 perangkat desa,” katanya. [YUS/D-13/C-6]


Sabtu, 21 April 2018

DOSA DAN KETERHILANGAN – Oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong

Mendi blog.

DOSA DAN KETERHILANGAN – Oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong


Artikel ini diterjemahkan dari teks ceramah berbahasa Inggris yang disampaikan dalam sidang pleno Lausanne II, di mana pembicara adalah satu-satunya wakil Asia Tenggara yang memimpin sidang pleno dalam Kongres di Manila ini.
Dosa dan fakta
Tidak menyadari adanya bahaya merupakan bahaya yang lebih besar daripada bahaya itu sendiri. Demikian juga kemasabodohan dan kesalahmengertian mengenai dosa adalah berbahaya seperti dosa itu sendiri.
Tuhan tidak membagi manusia ke dalam 2 kategori ketika Ia berkata, “Aku datang bukan untuk memanggil yang benar, tapi yang berdosa untuk bertobat.” Ini hanya sebuah ironi untuk orang berdosa yang tidak sadar akan keadaan mereka yang berdosa itu. Alkitab mengajar dengan jelas bahwa dosa adalah fakta yang dibukakan oleh Allah yang benar kepada manusia yang berdosa. Namun kesulitannya terletak pada bagaimana orang berdosa dapat mengerti dengan tepat akan keberdosaannya. Karena dosa juga telah merusak pada aspek pengertian manusia. Itulah alasan mengapa Alkitab terus menerus mengajarkan bahwa satu-satunya jalan untuk menjadi sadar mengenai dosa manusia adalah melalui iluminasi Roh Kudus. Sejak zaman Renaisance pandangan dunia yang anthroposentris mengenai manusia alami telah mencoba untuk mengintepretasikan ‘Allah’ dan ‘jiwa’ melalui diri manusia sendiri yang berdosa sebagai titik pusat dari alam semesta. Dengan menjunjung tinggi rasio sebagai alat mutlak untuk menemukan kebenaran dan menganggap natur sebagai tujuan akhir dari hasil yang dicapai untuk memecahkan semua problem manusia. Tapi sejarah menyatakan kesaksian yang jujur mengenai kegagalan manusia. Di bawah segala pencapaian hasil dangkal dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, pendidikan, psikologi, filsafat, dan bahkan agama, ada penyebab, yang nyata dan konsisten, dari ketidakseimbangan dan masalah-masalah. Lingkungan kita padat dengan jiwa-jiwa yang kosong sementara berlimpah materi, penuh kekuatiran akan perang sementara pembicaraan mengenai perdamaian tidak berhenti, penuh dengan ketidakamanan sementara dihasilkan senjata-senjata yang tercanggih. Bertambahnya angka bunuh diri sementara tersedia alat kehidupan yang lebih baik; kehancuran keluarga meningkat sementara kebebasan sex dan percintaan makin meluas. Kita sedang bermimpi dari Renaisance sampai abad 20 mengenai otonomi manusia yang lepas dari campur tangan Allah. Khususnya sejak abad 19, begitu banyak ideologi yang muncul untuk menciptakan satu optimisme modern yang naif, termasuk teologi liberal, evolusionisme dan komunisme. Semua ini gugur pada perang-perang yang menakutkan dalam abad 20. Demikian juga dengan revolusi internasional, politik, komunisme dan politik nasional, dan filsafat eksistentialisme. Semua mencoba untuk memecahkan persoalan manusia tapi sekarang kita tetap hidup dalam situasi kacau, tanpa tahu ke mana tujuan sejarah ini. Bagi zaman ini masalah intinya adalah mencari identitas manusia. Kita tetap berjuang untuk demokrasi, kebebasan, keadilan dan hak-hak manusia. Tidakkah ini tetap mengatakan kepada kita bahwa dosa dan keterhilangan adalah fakta yang tidak dapat disangkal? Tidak heran kalau Karl Barth berjuang melawan 2 profesor liberalnya, Adolf von Harnack dan William Hermann, yang mengajarkan persaudaraan umat manusia pada satu sisi, dan di sisi yang lain menyetujui invansi Jerman. Tidak heran bila pemimpin liberal Dr. Fosdick harus mengakui bahwa kaum liberal telah mengabaikan pengajaran atas dosa, yang begitu konkrit, dan kaum konservatif lebih mengerti akan hal ini. Tidak heran bila Niebuhr harus menekankan kembali kepada pengajaran yang alkitabiah untuk mengerti dosa seperti yang dinyatakan oleh perang dunia, dalam bukunya The Nature and Destiny of Man. Ini juga menjadi alasan yang sama mengapa Tillich menulis dalam buku hariannya, dalam khotbahnya – untuk kaum militer dalam perang dunia yang pertama, “Saya tidak melihat kehancuran dari gedung-gedung dihadapanku, tapi kehancuran dari kebudayaan.” Kebudayaan kita tampaknya mati, bahkan Rusia dan Tiongkok setelah kemenangan mereka atas sistem politik yang lama dan setelah menjalankan komunisme untuk beberapa dekade, para pemimpin mereka merasa pentingnya suatu pembaharuan. Mereka tetap menghadapi banyak kesulitan untuk berjuang melawan diri sendiri.
Konsep Yang Salah Mengenai Dosa
Meskipun manusia mencoba untuk lari dari fakta dosa, menawarkan dan menafsirkan ulang, manusia tetap tidak akan pernah dapat melarikan diri dari pernyataan Allah mengenai dosa dalam Alkitab. Alkitab mengajarkan dengan jelas bahwa dosa dimulai dari sejarah kejatuhan Adam, manusia pertama dan wakil dari umat manusia, dan kemudian memasuki dunia. Sebelum kita berpikir mengenai pengertian dosa, pertama mari kita melihat konsep yang keliru mengenai dosa.
Pertama, Alkitab tidak memberikan satu tempatpun bagi konsep pra-eksistansi kekal dari dosa. Dosa bukan suatu keberadaan kekal yang ada dengan sendirinya. Juga dosa maupun kejahatan bukan realitas yang berdiri sendiri. Demikian juga Iblis dan kuasa-kuasa kejahatan. Tidak ada apapun dan siapapun, hanya Allah sendiri yang ada dengan sendirinya dan merupakan realitas yang kekal. Hanya Allah yang tanpa awal dan akhir. Alkitab langsung menolak ontologi dualisme dalam agama.
Kedua, Alkitab tidak memberikan tempat bagi konsep bahwa dosa diciptakan atau sumber dari kejahatan. Kata “kejahatan” dalam Yesaya 45:7 (dalam terjemahan versi King James) harus dimengerti sebagai hukuman Allah dalam sejarah, sebagai manifestasi dari kebenaran dan pemerintahan-Nya kepada dunia yang berdosa, tapi bukan kejahatan secara ontologi ataupun moral.
Ketiga, Alkitab tidak memberikan tempat untuk Allah dipandang bertanggung jawab atas dosa. Mengenai hal ini, satu hal yang dapat kita lihat dari Alkitab adalah satu izin yang misterius untuk munculnya kejahatan sebagai akibat dari salah penggunaan akan kebebasan yang diciptakan di dalam makhluk-makhluk rohani, yang juga menjadi aspek dari gambar dan rupa Allah dan juga menjadi fondasi penting bagi moralitas, tetapi yang harus dipertanggungjawabkan pada keadilan dan penghakiman Allah.
Maka dosa muncul dari ciptaan sendiri. Sebagai ciptaan dari yang dicipta untuk melawan Pencipta mereka. Dalam hal ini, Yesus berkata, “Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.” (Yohanes 8:44).
Apakah Dosa Itu
Sekarang kita memikirkan tentang dosa. Alkitab mengajarkan bahwa dosa lebih dari sekadar kegagalan etika. Untuk menyatakan dosa dengan sesuatu yang tidak tepat hanya mendangkalkan arti dosa itu.
Pertama, berbicara secara philologi, dosa berarti “tidak mencapai target”. Perjanjian Baru menggunakan kata hamartia untuk mengindikasikan bahwa manusia diciptakan dengan sebuah standar atau target sebagai tujuan dan arah hidup. Ini berarti kita harus bertanggung jawab kepada Allah. Ketika dosa datang, kita gagal untuk mencapai standar Allah. Setelah kejatuhan manusia, pandangan manusia mengenai target kehidupan menjadi kabur dan kehilangan kriteria arah hidup. Inilah alasan Allah untuk mengutus Anak-Nya untuk kembali menunjukkan standar itu dan menjadikan Dia sebagai kebenaran dan kesucian kita. Tujuan hidup manusia hanya dapat ditemukan kembali melalui contoh sempurna dari Kristus yang berinkarnasi.
Kedua, berbicara dari sudut posisi, dosa adalah satu perpindahan dari status yang mula-mula. Manusia diciptakan berbeda, dalam perbedaan posisi, dengan tujuan untuk menjadi saksi Allah, diciptakan antara Allah dan Iblis, baik dan jahat. Setelah kejatuhan setan, manusia diciptakan dalam kondisi netral dari kebaikan, yang dapat dikonfirmasikan melalui jalan ketaatan, diciptakan sedikit lebih rendah dari Allah tapi mempunyai dominasi atas alam, diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Ketaatan yang benar dari manusia di hadapan pemerintahan Allah adalah rahasia untuk mengatur alam, dan untuk mencapai tujuan benar dari kemuliaan natur pencipta dalam hidup manusia. Segala pencobaan datang kepada manusia selalu dalam usaha mencoba untuk membawa manusia jauh dari posisi rencana Allah yang mula-mula. Kemudian datang kekacauan. Hal yang sama terjadi juga kepada malaikat tertinggi ata Alkitab mengatakan, “Mereka tidak mempertahankan status mereka yang pertama” untuk menjelaskan kejatuhan mereka. Inilah satu konsep yang benar dalam mengerti mengenai dosa.
Ketiga, dosa adalah penyalahgunaan kebebasan. Penghormatan terbesar dan hak istimewa yang Allah berikan kepada manusia adalah karunia kebebasan. Kebebasan menjadi satu faktor yang tidak bisa ditawar-tawar lagi sebagi fondasi dari nilai moral. Hasil moral hanya dapat berakar dalam kerelaan, tidak lahir karena paksaan. Arti kebebasan mempunyai dua pilihan: hidup berpusatkan Allah atau hidup berpusatkan diri sendiri. Ketika manusia menaklukkan kebebasannya di bawah kebebasan Allah, itulah pengembalian kebebasan kepada pemilik kebebasan yang mula-mula. Jenis pengembalian ini mencari kesukacitaan dari kebebasan dalam batasan kebenaran dan kebaikan Allah. Sejak Allah adalah realita dari kebaikan itu sendiri, segala macam pemisahan dari-Nya akan menyebabkan keburukan, dan juga hidup berpusatkan diri sendiri jelas penyebab dosa. Terlalu berpusat pada diri sendiri akan menjadi awal ketidakbenaran. Kebebasan tanpa batas dari kebenaran Allah akan menjadi kebebasan yang salah. Bukanlah suatu kebebasan yang dimaksudkan Yesus ketika Ia berkata, “Tidak seorangpun dapat mengikuti Aku tanpa menyangkal dirinya sendiri.”
Keempat, dosa adalah kuasa yang menghancurkan. Dosa tidak hanya gagal dalam pengaturan tapi lebih dari itu adalah kuasa yang mengikat terus menerus yang tinggal dalam orang berdosa. Paulus menggunakan bentuk tunggal dan bentuk jamak dari dosa dalam kitab Roma. Bentuk jamak dari dosa mengindikasikan perbuatan-perbuatan salah, tapi bentuk tunggal dari dosa berarti kuasa yang mengarahkan segala perbuatan dosa. Paulus mempersonifikasikan dosa sebagai kuasa yang memerintah dan prinsip yang mengatur kehidupan orang berdosa. Ia juga merusak semua aspek kehidupan kepada satu tingkatan di mana tidak ada satu aspek kehidupan pun yang tidak kena distorsi atau polusi. Inilah yang ditekankan dan dijelaskan Reformator. Berjuang melawan pengertian tidak lengkap mengenai kuasa dosa dalam Scholastisisme abad pertengahan. Dosa tidak hanya mencemarkan aspek kehendak, tapi juga berpenetrasi pada aspek emosi dan rasio. Tujuan utama dari kuasa penghancur ini untuk menyebabkan manusia menghancurkan diri sendiri dan membunuh diri sendiri seperti yang dikatakan Kierkegard, bahwa manusia dilahirkan dalam dosa. Satu-satunya kuasa yang kita miliki adalah kuasa untuk membunuh kita sendiri.
Kelima, dosa adalah penolakan terhadap kehendak Allah yang kekal. Akibat utama dari dosa tidak hanya merusak manusia tapi juga melawan kehendak Allah yang kekal melalui manusia. Inilah hal yang paling serius yang berhubungan dengan kesejahteraan rohani semesta. Calvin mengatakan, “Tiada yang lebih besar daripada kehendak Allah kecuali Allah sendiri.” Ciptaan alam semesta, keselamatan umat manusia dan kebahagiaan kekal semua ada oleh kehendak Allah. Sejak dosa menolak terhadap kehendak Allah maka orang Kristen harus sadar pentingnya ketaatan yang setia kepada kehendak Allah. Seperti Kristus mengajarkan murid-murid-Nya untuk berdoa, “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga.” Alkitab juga mengajarkan kita dalam 1Yohanes 2:17, bahwa dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Dosa dan Relasi Alam Semesta
Dosa tidak berhenti sebagai peristiwa saja tetapi terjadi perusakan yang lebih lanjut dalam orang berdosa dan menganggu seluruh susunan alam semesta. Dosa menghancurkan hubungan-hubungan baik secara pribadi maupun semesta, termasuk hubungan Allah dengan manusia, manusia dengan manusia. Dalam suatu pengertian yang lebih dalam, dosa juga menghancurkan hubungan antara manusia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu dosa membuat mustahilnya hidup harmonis, tapi yang paling dalam adalah rusaknya hubungan manusia dengan Allah. Dari hak mula-mula yang kita miliki, kita diciptakan lebih tinggi dari alam. Alam diciptakan untuk manusia. Berarti manusia menikmati, menyukai, mengatur, memelihara dan menafsirkan alam dalam menjalankan fungsi kenabiannya. Tapi dosa telah membalikkan manusia sebagai penghancur, musuh, bahkan penghancur alam. Menyelidiki alam dan menemukan kebenaran Allah yang tersembunyi di dalamnya adalah dasar ilmu pengetahuan, tetapi sejak timbulnya dosa, ilmu pengetahuan gagal untuk berfungsi sebagai alat untuk memuliakan Allah dan berbalik kepada kemungkinan digunakan sebagai alat setan untuk menghancurkan Allah dan manusia. Sebagai akibat rusaknya hubungan antar manusia, manusia kehilangan potensi untuk merefleksikan kasih dari Allah Tritunggal, yang menjadi model bagi komunitas manusia. Saling menghargai atau menghormati, saling percaya, saling melengkapi adalah ketidakmungkinan dalam masyarakat kita. Sebaliknya kita melihat pemutlakan dari setiap individu sendiri untuk menolak orang lain dengan hidup berpusat pada diri sendiri yang menyebabkan tekanan dan sakit hati yang tanpa akhir dalam komunitas kita bahkan dalam hubungan internasional. Sebagai akibat dari hancurnya hubungan antara manusia dan diri sendiri, manusia menjadi musuhnya sendiri. Ia kehilangan semua damai rohani, perlindungan kekal, dan keyakinan akan arti hidup. Dan selanjutnya keberadaan manusia jadi sebuah pulau yang terisolasi dalam alam semesta, keberadaan yang lain menjadi neraka yang menyiksa dan kenihilan tampaknya sebagai suatu yang ada, yang menelan keberadaan kita ke dalam kenihilan. Semua terefleksi dalam eksistensialis atheistik modern.
Pemutusan hubungan yang paling serius dalam hubungan antara manusia dengan Allah, menjadi penyebab putusnya hubungan-hubungan yang lain. Ketika manusia dipisahkan dari Allah menjadi tanda tidak lagi ada relasi lain yang dapat diperbaiki. Tertutup semua kemungkinan damai tiap pribadi dalam roh dan damai universal di bumi. Seluruh abad 20 adalah ladang pelaksana dari ideologi abad 19 dan kita lihat tidak ada pengharapan sejati bagi masa depan kita, juga sekarang dalam dekade akhir dari abad ini. Kita tetap menghadapi ketidaktahuan akan kemungkinan masadepan. Tidakkah kini waktu yang tepat dibandingkan waktu lain untuk berpikir ulang dengan mendalam dan dengan tenang mengadakan evaluasi ulang? Segala kelemahan dari teologi yang muncul dari humanisme anthroposentris.
Alkitab mengatakan Allah adalah kasih, Allah adalah Hidup, Allah adalah Terang. Ia juga Allah dari Kebenaran, Kebaikan dan Kesucian. Apa model lingkungan yang kita miliki jika kita terpisah dari Allah yang sedemikian seperti yang dinyatakan dalam Kristus? Hanya satu kemungkinan yang tersedia bagi kita yaitu kebencian, kematian, kegelapan, penipuan, ketidakadilan, dan kerusakan-kerusakan yang jelas kita lihat pada zaman ini. Tidakkah kita harus mengakui bahwa ada gap besar antara mandat kultural Allah kepada manusia dengan hasil kultural yang dicapai manusia? Itulah dosa.
Dosa dan Keterhilangan
Akibat dari keterpisahan dari Allah jelas memimpin keberadaan orang berdosa ke dalam status keterhilangan, terhilang dari dukungan dan kehadiran Allah.
Pertama, dosa menyebabkan manusia tidak memenuhi kemuliaan Allah. Konsep Agustinus bahwa dosa sebagai kekurangan, harus lebih dimengerti sebagai akibat dosa dalam manusia daripada penafsiran mengenai dosa itu sendiri. Ketika dosa muncul, kemuliaan Allah langsung meninggalkan manusia. Ini berarti kehilangan hak istimewa manusia sebagai wakil Allah untuk menjadi reflektor kemuliaan-Nya. Kehilangan kemuliaan Allah dari manusia, membuat manusia berada dalam suatu kondisi yang sangat menyedihkan. Manusia akan hidup tanpa hormat dan kemuliaan, pendidikan akan menolak kebenaran, hak-hak manusia tidak mempunyai kebaikan, pengetahuan tanpa hikmat, pernikahan tanpa kasih, dan ilmu pengetahuan tanpa hati nurani / kesadaran, kebebasan tanpa kontrol. Inilah yang terefleksi dalam kitab Yehezkiel bahwa kemuliaan Allah bergerak secara perlahan-lahan dan meninggalkan Bait Allah. Berarti penghukuman Allah sudah dekat, akhir dunia sudah berada di ambang pintu.
Sejak zaman Renaisance, pandangan dunia yang anthroposentris mengenai manusia alami telah mencoba untuk mengintepretasikan ‘Allah’ dan ‘jiwa’ melalui diri manusia sendiri yang berdosa sebagai titik pusat dari alam semesta. Dengan menjunjung tinggi rasio sebagai alat mutlak untuk untuk menemukan kebenaran dan menganggap natur sebagai tujuan akhir dari hasil yang dicapai untuk memecahkan semua problem manusia. Tapi sejarah menyatakan kesaksian yang jujur mengenai kegagalan manusia. Di bawah segala pencapaian hasil dangkal dalam ilmu pengetahuan, ekonomi, politik, pendidikan, psikologi, filsafat dan bahkan agama, ada penyebab, yang nyata dan konsisten, dari ketidakseimbangan dan masalah-masalah.
Lingkungan kita padat dengan jiwa-jiwa yang kosong sementara berlimpah materi, penuh kekuatiran akan perang sementara pembicaraan mengenai perdamaian tidak berhenti, penuh dengan ketidakamanan sementara dihasilkan senjata-senjata yang tercanggih. Bertambahnya angka bunuh diri sementara tersedia alat kehidupan yang lebih baik; kehancuran keluarga meningkat sementara kebebasan sex dan percintaan makin meluas. Kita sedang bermimpi dari Renaisance sampai abad 20 mengenai otonomi manusia yang lepas dari campur tangan Allah. Khususnya sejak abad 19, begitu banyak ideologi yang muncul untuk menciptakan suatu optimisme modern yang naif, termasuk teologi liberal, evolusionisme dan komunisme. Semua ini gugur pada perang-perang yang menakutkan dalam abad 20. Demikian juga dengan revolusi internasional, politik, komunisme dan politik nasional, dan filsafat eksistentialisme. Semua mencoba untuk memecahkan persoalan manusia tapi sekarang kita tetap hidup dalam situasi kacau, tanpa tahu ke mana tujuan sejarah ini. Bagi zaman ini masalah intinya adalah mencari identitas manusia. Kita tetap berjuang untuk demokrasi, kebebasan, keadilan, dan hak-hak manusia. Tidakkah ini tetap mengatakan kepada kita bahwa dosa dan keterhilangan adalah fakta yang tidak dapat disangkal kaum Injili di seluruh dunia menegaskan ulang kesungguhan dari fakta dan efek dosa seperti yang diajarkan dalam Alkitab. Penegasan ini lebih dari sekadar kebutuhan mendesak dalam era post-liberal dan post-modern, secara teologis dan sosia-politis. Dengan pengertian mendalam mengenai kebutuhan orang-orang berdosa akan keselamatan, cinta kasih berapi-api bagi orang berdosa, mari kita dengan setia memberitakan Injil ke dalam dunia yang berdosa.
“Bertobatlah karena Kerajaan Allah sudah dekat.” “Lihat Anak Domba Allah yang mengangkat dosa seluruh dunia.” Kata-kata pendahuluan yang agung dari Injil tetap berlaku sampai akhir zaman. Mari kita berseru, “Bertobatlah hai umat, koyakkan hatimu, bukan jubahmu!” kepada para pemimpin dan umat di dunia! Tinggikan salib Kristus yang menjadi pengharapan satu-satunya dari umat manusia, agar Roh Kudus mengiluminasikan generasi kita untuk menerima Kristus. Biarlah seluruh makhluk dengan rendah hati mengaku dosa di hadapan Allah, untuk membuka kembali pintu surga dan memohon belas kasihan dan pengampunan dari-Nya, yang akan menyembuhkan dunia yang berdosa.
Yang layak adalah Anak Domba yang telah disembelih! Kemuliaan bagi-Nya untuk selama-lamanya!
________________________________________
Dikutip dari http://www.geocities.com/thisisreformed/artikel/pi_hilang.html

HAMBA YANG MENDERITA – Oleh: Pdt. Hengky Ch.

Mendi blog.

HAMBA YANG MENDERITA – Oleh: Pdt. Hengky Ch.


Eksposisi Yesaya 52:13 – 53:12
Pdt. Hengky Ch. adalah alumnus SAAT yang melanjutkan studi di Amerika
Yesaya 52:12-15 (TB-LAI)
(12) Sungguh, kamu tidak akan buru-buru keluar dan tidak akan lari-lari berjalan, sebab TUHAN akan berjalan di depanmu, dan Allah Israel akan menjadi penutup barisanmu. (13) Sesungguhnya, hamba-Ku akan berhasil, ia akan ditinggikan, disanjung dan dimuliakan. (14) Seperti banyak orang akan tertegun melihat dia–begitu buruk rupanya, bukan seperti manusia lagi, dan tampaknya bukan seperti anak manusia lagi– (15) demikianlah ia akan membuat tercengang banyak bangsa, raja-raja akan mengatupkan mulutnya melihat dia; sebab apa yang tidak diceritakan kepada mereka akan mereka lihat, dan apa yang tidak mereka dengar akan mereka pahami.
Yesaya 53:1-12 (TB-LAI)
(1) Siapakah yang percaya kepada berita yang kami dengar, dan kepada siapakah tangan kekuasaan TUHAN dinyatakan? (2) Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknyapun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupapun tidak, sehingga kita menginginkannya. (3) Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kitapun dia tidak masuk hitungan. (4) Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. (5) Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (6) Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian. (7) Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. (8) Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah. (9) Orang menempatkan kuburnya di antara orang-orang fasik, dan dalam matinya ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun ia tidak berbuat kekerasan dan tipu tidak ada dalam mulutnya. (10) Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya. (11) Sesudah kesusahan jiwanya ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hamba-Ku itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, dan kejahatan mereka dia pikul. (12) Sebab itu Aku akan membagikan kepadanya orang-orang besar sebagai rampasan, dan ia akan memperoleh orang-orang kuat sebagai jarahan, yaitu sebagai ganti karena ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut dan karena ia terhitung di antara pemberontak-pemberontak, sekalipun ia menanggung dosa banyak orang dan berdoa untuk pemberontak-pemberontak.
________________________________________
Pendahuluan
Penderitaan dan kematian Tuhan Yesus adalah merupakan hal yang penting dalam kehidupan orang Kristen. Tuhan Yesus menjelang disalibkan mengamanatkan pada murid-murid-Nya untuk mengingat penderitaan-Nya melalui Perjamuan Kudus.
Sentralitas penderitaan Tuhan Yesus bukan hanya merupakan pemberitaan Perjanjian Baru belaka, namun juga merupakan nubuatan Perjanjian Lama. Sekalipun tidak sejelas Perjanjian Baru, Perjanjian Lama memberikan indikasi mengenai penderitaan Tuhan Yesus. Salah satu bagian yang terpenting adalah Yesaya 52:13-53:12. Di dalam perikop ini, penderitaan Tuhan Yesus digambarkan dalam figur penderitaan dari seorang Hamba Tuhan. Identitas sang Hamba Tuhan yang menderita ini telah banyak diperdebatkan. Bagi orang-orang Yahudi tradisional, sang Hamba adalah bangsa Israel yang mengalami penderitaan. Penafsir lain mengidentifikasi sang Hamba sebagai raja Koresy (Yesaya 44:28, 45:1) dan Zerubabel (Ezra 3:2). Dengan membandingkan detil pengalaman sang Hamba, sebagaimana dilukiskan dalam perikop ini, dengan pengalaman yang dialami oleh Tuhan Yesus, kita dapat menemukan kesamaan yang mengejutkan dan jauh dari kebetulan. Pararel ini mendorong kita untuk menyimpulkan bahwa hanya Tuhan Yesus, dan Dialah yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya dalam figur Hamba yang menderita.
Eksposisi Yesaya 52:13-53:12 dapat dibagi dalam beberapa bagian yang saling terjalin satu dengan yang lain. Memahami struktur perikop ini memudahkan kita melihat berita yang hendak disampaikan oleh Yesaya.
A. Sang Hamba akan ditinggikan (52:13-15)
Subyek: Tuhan.
Obyek: sang Hamba
B. Sang Hamba ditolak oleh sesamanya (53:1-3)
Subyek: Yesaya / narator
Obyek: sang Hamba
C. Alasan / penyebab penderitaan bagi sang Hamba: Kita (53:4-6)
Subyek: Yesaya / narator
Obyek: orang-orang Israel
D. Sang Hamba disingkirkan oleh sesamanya (53:7-9)
Subyek: Yesaya / narator
Obyek: sang Hamba
E. Sang Hamba ditinggikan (53:10-12)
Subyek: Tuhan
Obyek: sang Hamba
Sang Hamba akan ditinggikan dan hal ini membuat banyak orang terheran-heran (52:13-15). Ketiga ayat ini, dalam batasan-batasan tertentu, dapat dikatakan merupakan ringkasan dari detil yang diuraikan dalam pasal 53. Ayat 13 memulai bagian ini dengan menekankan bahwa sang Hamba akan berhasil dalam apa yang dilakukan-Nya. Keberhasilan sang Hamba ditekankan dengan mempergunakan tiga kata kerja secara berturut-turut: ditinggikan, disanjung dan dimuliakan (perlu dicatat bahwa dalam Bahasa Ibrani, penekanan dan hal-hal superlatif dinyatakan dengan pengulangan kata yang bermakna serupa). Dalam hal ini berita yang hendak disampaikan adalah bahwa sang Hamba akan sangat ditinggikan oleh karena apa yang berhasil dilakukan-Nya.
Ayat 14 merupakan bagian tak terpisahkan dari ayat 15, dan merupakan suatu perbandingan yang menekankan betapa tercengangnya orang-orang menanggapi keberhasilan sang Hamba. Sama seperti mereka tercengang melihat pederitaan-Nya, demikian pula mereka akan tercengang melihat bagaimana Dia ditinggikan. Hal ini dapat dimengerti kalau kita memperhatikan uraian dalam pasal 53:1-4 mengenai penderitaan sang Hamba. Orang-orang sebangsanya menafsirkan penderitaan-Nya yang begitu dasyat adalah karena dosa-dosa-Nya, sehingga Dia dihukum oleh Allah. Nampaknya mereka menafsirkan bahwa pastilah sang Hamba menanggung dosa yang sangat serius, sehingga Dia harus menderita sedemikian hebatnya.
Sama seperti mereka tercengang melihat penderitaan sang Hamba, demikian pula mereka tercengang melihat bagaimana sang Hamba ternyata begitu sangat ditinggikan (ayat 15). Apa yang mereka saksikan pada diri sang Hamba adalah hak yang belum pernah mereka lihat atau dengar sebelumnya. Pengalaman sang Hamba mengubah secara total konsep mereka mengenai penderitaan dan berkat. Sang Hamba melalui penderitaan-Nya, ditinggikan jauh melampaui kemuliaan pada raja. “Raja-raja mengatupkan mulut” dalam keheranan mereka. Gambaran ini menunjukkan bahwa mereka begitu tercengang, sehingga mereka bagaikan orang bisu, yaitu mereka tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka saksikan dan dengar dengan kata-kata. Apa yang terjadi pada diri sang Hamba melampaui segala pengertian mereka.
Bukankah bagian ini mengingatkan kita apa yang diungkapkan oleh Paulus dalam Flp. 2:6-11, di mana Paulus menungkapkan bahwa setelah penderitaan-Nya, Tuhan Yesus sangat ditinggikan? Penderitaan Tuhan Yesus adalah untuk segala bangsa, dan oleh karena itulah Dia layak ditinggikan di seluruh dunia. Kalau hari ini kita menghormati pahlawan yang mengurbankan dirinya, tidakkah kita lebih menghormati Tuhan Yesus yang menyerahkan diri-Nya, menderita bagi segenap manusia.
Kesederhanaan dan Penderitaan sang Hamba membuat Dia dihindari orang (53:1-3). Pasal ini dimulai dengan pengantar dari sang narator (nabi Yesaya) yang berbicara mengenai apa yang dialami oleh sang Hamba. Ayat 1 merupakan jembatan yang menghubungkan pasal 52:13-15 dengan detil yang diungkapkan dalam pasal 53 ini. Pengalaman sang Hamba membuat orang-orang sulit percaya dengan apa yang diberitakan. Bagaimana mungkin seorang yang begitu menderita kemudian menjadi sangat ditinggikan?
Banyak orang menolak percaya pada Tuhan Yesus bukan karena Dia kurang baik, namun lebih dikarenakan ketidakmengertian. Bukankah kita sering mendengar, atau bahkan kita sendiri mengatakan: “saya tidak akan percaya sampai saya mengerti”. Hal mendasar yang harus kita pahami adalah bahwa dalam kemampuan kita yang sangat terbatas ini, banyak hal yang tidak dapat kita mengerti, apalagi pada saat kita mencoba mengerti apa yang dilakukan Allah. Di sinilah kerendahan hati dan iman diperlukan.
Ayat 2 berbicara mengenai kesederhanaan sang Hamba. Gambaran-gambaran yang dipergunakan “sebagai taruk dan sebagai tunas dari tanah kering” memberikan penekanan pada kesederhanaan-Nya. Secara manusia, tidak ada sesuatu yang menarik pada diri sang Hamba yang membuat orang-orang akan tertarik pada-Nya. Saking sederhananya Dia, orang-orang sama sekali tidak memperhitungkan-Nya. Keberadaan-Nya sama sekali tidak mengundang perhatian. Bukan hanya demikian; ayat 3 malah memberitahukan bahwa “Ia dihina dan dihindari orang”. Dia bukan hanya tidak dipedulikan, Dia dihindari. Orang-orang yang menganggap Dia sebagai seorang yang berdosa dan patut dihindari. Teman-teman sebangsa-Nya menganggap mereka lebih baik dari Dia, sehingga mereka menghina dan merendahkan Dia sebagai orang yang dihukum Allah. Dia dinista dan disingkirkan oleh sesama-Nya.
Sang Hamba Menderita Menggantikan Orang-orang Sebangsa-Nya (53:4-6)
Sebagaimana yang kita lihat dalam struktur perikop ini, pasal 53:4-6 dapat dikatakan merupakan sentral dan titik putar dalam pemahaman mengenai penderitaan sang Hamba. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa dalam bagian ini nabi Yesaya berbicara kepada teman-teman sebangsanya. Gambaran yang kita peroleh adalah, kalau dalam bagian-bagian sebelumnya, Yesaya seolah-olah sedang menyampaikan suatu cerita (dan berbicara sendiri), dalam bagian ini, Yesaya mengarahkan pandangannya kepada orang-orang Israel dan melibatkan mereka dalam kisah penderitaan sang Hamba. Perhatikan munculnya kata ganti orang pertama jamak!
Kalau orang-orang menganggap bahwa sang Hamba menderita karena dosa-dosa-Nya, bagian ini mengungkapkan fakta yang mengejutkan: penderitaan sang Hamba memang adalah karena dosa, namun bukan dosa-Nya sendiri melainkan dosa kita. Dia menggantikan kita menderita. Sewajarnya bukan Dia yang menderita, namun demi menggantikan kita, Dia menanggung penderitaan itu. Adakah kasih dan pengurbanan yang lebih besar?
Ayat 5 melanjutkan detil kesengsaraan yang dialami oleh sang Hamba. Kata-kata kerja yang dipergunakan semuanya melukiskan penderitaan yang sangat dasyat. Dan ironi yang disampaikan, “oleh bilur-bilur-Nya kita menjadi sembuh”. Kesembuhan di disini bukan menunjuk pada kesembuhan fisik, namun menunjuk pada kelepasan dari akibat dosa. Karena penderitaan-Nya yang begitu dasyat, kita menjadi terlepas.
Ayat 6 memperlihatkan apa yang kita lakukan dan apa yang dialami sang Hamba. Menarik untuk dikatakan bahwa dalam ayat ini digambarkan bahwa apa yang kita lakukan semuanya merupakan kehendak kita sendiri. Namun, sebagai akibat kita menuruti jalan kita sendiri, sang Hamba menanggung sengsara. Dia menanggung konsekuensi dari apa yang kita lakukan. Bayangkan betapa berharganya penderitaan dan pengurbanan Tuhan kita Yesus Kristus. Bayangkan, apa yang akan terjadi kalau saja Tuhan Yesus tidak menderita dan mati bagi kita di Golgota. Bayangkan betapa serius dan mengerikannya dosa. Bayangkan betapa mulianya kasih Tuhan kita Yesus Kristus. Paulus mengungkapkan bahwa kita diperdamaikan dengan Allah melalui kematian Tuhan Yesus bukan pada waktu kita berbuat baik dan menyenangkan Tuhan, namun pada waktu kita masih merupakan musuh-musuh Allah (Roma 5:10). Adakah kasih yang lebih besar?
Penderitaan Sang Hamba Mengakibatkan Kematian-Nya dan Dalam Kematian-Nya, Dia Dipermuliakan (53:7-9)
Bagian ini memperlihatkan bahwa penderitaan yang dialami mengakibatkan sang Hamba meninggal. Dalam penyerahan diri-Nya, menanggung penderitaan dan akibat dosa orang-orang sebangsa-Nya, sang Hamba menyerahkan nyawa. Dia tidak melawan, tidak membantah ketidakadilan yang menimpa diri-Nya. Dalam ketaatan-Nya Dia menyambuat kematian. Gambaran ketaatan ini dinyatakan dalam ayat 7 sebagai ketaatan seekor domba. Ketaatan-Nya ditekankan dengan dua kali mengulang pernyataan: “tidak membuka mulut-Nya”. Kalau dalam ayat 6 kita semua digambarkan sebagai domba yang sesat, ayat 7 menggambarkan sang Domba Allah yang menanggung akibat dosa kita tanpa membuka mulut-Nya.
Ayat 8 melanjutkan dan memperjelas apa yang dialami oleh sang Hamba. Akibat pemberontakan umat Tuhan, sang Hamba harus menyerahkan nyawa-Nya. Dan dalam kematian-Nya pun orang menganggap Dia rendah. Dia tetap tidak diperhitungkan oleh manusia; namun tidak demikian dalam pandangan Allah. Ayat 9 memperjelas hal ini. Dalam Alkitab LAI, ayat ini diterjemahkan “Orang menempatkan kubur-Nya di antara orang-orang fasik, dan dalam mati-Nya Ia ada di antara penjahat-penjahat, sekalipun Dia tidak berbuat kekerasan atau tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya”. Dalam bahasa Ibrani, ayat itu dapat diterjemahkan “Kuburnya ditempatkan bersama orang-orang fasik namun dalam kematian-Nya Dia bersama dengan orang kaya; karena Dia tidak melakukan kekerasan, demikian pula tipu daya tidak ada dalam mulut-Nya”. Hal ini menggambarkan apa yang dibayangkan oleh orang banyak, dan apa yang merupakan kenyataan dalam pengalaman sang Hamba.
Sang Hamba dilukiskan mati bagaikan seorang pesakitan, namun dalam kematian-Nya, orang kemudian menempatkan kubur-Nya bukan di antara pesakitan, namun di antara orang kaya. Di sini kita mulai melihat gambaran kemuliaan. Dia sudah menanggung penderitaan dan sekarang saatnya Dia dipermuliakan.
Kalau kita membandingkan bagian ini dengan penderitaan Tuhan Yesus, kita akan terkejut melihat betapa tepatnya penderitaan Tuhan Yesus digambarkan dalam nubuat ini (ingat nubuat ini diucapkan kira-kira 700 tahun sebelum peristiwa penyaliban Tuhan Yesus). Tuhan Yesus dilukiskan mati menggantikan kita (Mat. 20:28), Dia tidak membuka mulut membela diri dari tuduhan-tuduhan palsu, Mat. 27:12, Dia disalibkan di antara penjahat, Mat. 27:38; dan dalam kematian-Nya, Dia dikuburkan dalam kubur yang disiapkan oleh Yusuf Arimatea, seorang kaya raya, Mat. 27:57. Karena itulah, dengan penuh keyakinan kita mengatakan bahwa nubuat ini berbicara mengenai Tuhan Yesus. Dialah sang Hamba yang menderita itu.
Setelah Penderitaan-Nya, Allah Meninggikan dan Mempermuliakan Sang Hamba
Ayat 10 memberitahukan bahwa penderitaan yang dialami oleh sang Hamba adalah bagi orang-orang sebangsa-Nya, namun semua itu terjadi dalam kehendak Allah. Segala sesuatu yang terjadi atas diri sang Hamba tidak lepas dari campur tangan Allah. Sang Hamba sekarang mempersembahkan diri-Nya sebagai kurban bagi orang-orang sebangsa-Nya. Dengan demikian, kehendak Tuhan terpenuhi dalam diri-Nya. Allah dipuaskan dan penebusan tersedia. Keselamatan dapat dianugerahkan secara cuma-cuma, karena Tuhan Yesus menyerahkan diri-Nya membayar harga yang diperlukan.
Ayat 11 dan 12 mengakhiri kisah penderitaan sang Hamba ini dengan melukiskan kemuliaan yang diterima sang Hamba. Dia akan membenarkan banyak orang dan memenangkan banyak orang. Dia dipandang hina dan disingkirkan, namun Allah berkenan memberikan orang-orang terhormat menjadi pengikut-Nya. Penderitaan-Nya bukan untuk diri-Nya sendiri dan tidak berlalu dengan sia-sia. Dia berfungsi sebagai Imam, menjadi Jurusyafaat bagi banyak orang. Melalui diri-Nya orang-orang berdosa memperoleh kelepasan dan keselamatan.
Sumber: Majalah TRINITAS Edisi I / 1998
Penerbit: Departemen Literatur Gereja Kristen Abdiel Trinitas, Surabaya.
________________________________________

KARYA TERBESAR – Oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong

Mendi blog.

KARYA TERBESAR – Oleh: Pdt. Dr. Stephen Tong


Artikel ini ditranskrip dari khotbah Pdt. Dr. Stephen Tong dalam acara peringatan Paskah Nasional yang diadakan hari Sabtu tanggal 16 April 2005 yang pertama kali di lokasi Monas, Jakarta, yang mengundang banyak orang Kristen berkumpul dan juga dihadiri oleh beberapa agamawan. Dalam kesempatan tersebut, GRII turut berpartisipasi dalam menampilkan Jakarta Oratorio Society (JOS) dengan persembahan lagu-lagu dari Messiah. Peringatan Paskah ini telah disiarkan melalui siaran TVRI pada hari Minggu tanggal 24 April 2005.
________________________________________
Kita merayakan Yesus bangkit, karena Dia memang bangkit! Dia sudah bangkit dan satu-satunya di antara semua pendiri agama yang bangkit adalah Yesus Kristus. Jikalau manusia lahir di dunia tapi belum pernah mengerti tentang kebangkitan Kristus, sangat sayang dia pernah dilahirkan di dalam dunia. Jika kita mempelajari semua buku, kita menemukan manusia semua mengeluh karena bagaimana unggul, bagaimana sukses, bagaimana kaya, bagaimana pintar, pada suatu hari kita semua mati. Apakah itu akibat terakhir, apakah itu detik dan itu adalah hasil terakhir dari perjuangan manusia? Alkitab mengatakan kematian merupakan musuh yang terakhir. Akhir bagaimana sukses, bagaimana kaya, bagaimana tinggi pangkat, bagaimana engkau mendapatkan segala kemuliaan dunia, ditelan oleh kematian. Kalau demikian, manusia secara pribadi semua tidak ada harapan. Paulus berkata di 1 Korintus 15, jikalau Kristus tidak bangkit maka yang kau percaya adalah sia-sia. Jika Kristus tidak bangkit, yang kami beritakan itu adalah sia-sia. Jika Kristus tidak bangkit, maka kami lebih kasihan dari semua orang, karena kami hanya berpengharapan di dalam dunia yang sementara saja. Tetapi puji Tuhan, Allah yang hidup adalah Allah yang menjanjikan hidup kepada manusia. Allah yang hidup bukan saja mencipta, bukan saja menghembus nafas, bukan saja memberikan hidup, Dia memberikan janji dan janji Allah yang beribu-ribu tidak ada satu lebih penting dari janji yang tunggal, janji Allah adalah hidup kekal. Di dalam 1 Yohanes 2 dikatakan Allah berjanji dan janji Allah adalah janji yang memberikan hidup yang kekal. Ini adalah janji tunggal.
Hidup di dunia ini hanya beberapa puluh tahun saja. Hidup di dunia ini sangat pendek, sehingga pada waktu engkau kecil mengharapkan cepat dewasa, tetapi setelah dewasa, yang menyusul adalah masa tua yang membawa engkau ke kuburan. Itu sebab semua manusia dari pengemis sampai presiden, sama. Dari orang paling miskin sampai raja, sama. Mereka menuju ke kematian. Waktu kematian datang, dia tidak peduli engkau jendral bintang lima atau penjual kacang di pinggir jalan. Waktu kematian datang, dia tidak peduli Rockefeller atau engkau seorang tidak terkenal. Waktu kematian datang dia tidak peduli engkau mempunyai kekayaan yang begitu banyak atau rakyat jelata. Dia tidak memandang bulu, tidak menerima suap, semua harus mati. Seorang pemilik pabrik senjata api yang terkenal di Jerman namanya Crubs, sebelum dia mati dia paling takut mati, sehingga dia begitu trauma dengan istilah mati, semua buku yang dia baca kalau ada kata mati ditutup hurufnya lalu dia baca loncat. Semua surat kabar, kata mati suruh orang coret dulu baru dia baca. Dia begitu takut mati sampai traumatik. Pada suatu hari istrinya dikunjungi tamu tinggal di rumah dia, malam itu mati di rumahnya. Dia katakutan langsung jual rumah itu entah berapa murah berapa mahal. Dia seorang kaya, tetapi pada waktu tua dokter mengatakan engkau sudah harus mati. Dia ketakutan dan berkata: “Minta tolong dokter, aku memberikan engkau DM 1 juta kalau engkau bisa memperpanjang hidupku 10 tahun saja.” Dokter berkata: “Apa, 10 tahun? 10 hari pun tidak tentu bisa. Uangmu milikmu, aku tidak bisa menerima uang apapun untuk menentukan mati hidup seseorang.”
Kematian suatu rahasia, ancaman, ajal yang kita semua harus hadapi, tetapi siapakah yang bisa memberi tahu kepada kita apa itu mati, setelah mati ke mana, apa rasanya kalau sudah mengalami kematian. Tidak ada satu orang sanggup. Karena yang bisa bicara kepada kita semua belum mati. Yang sudah mati semua tidak bisa bicara, sehingga tidak ada satu orang yang bisa membongkar rahasia kematian, tidak ada seorang bisa mengajar apa itu kematian, kecuali Sang Pencipta yang menentukan mati hidup, kecuali Sang Penebus yang pernah mati dan bagkit. Di dalam Kitab Suci satu ayat begitu indah yang membuat saya kaget: “Aku pernah mati dan bangkit kembali untuk hidup selama-lamanya.” Kalau di sebelahmu bisikkan di telingamu: “Aku pernah mati”. Lalu siapa orang ini, langsung engkau lari (ketakutan) tidak berani lagi duduk di sebelah dia. Tidak ada orang yang boleh mengatakan kalimat itu. Kong Fu Cu tidak pernah mengatakan kalimat itu. Kong Fu Cu hanya mengatakan: “If I cannot not what is the living, how can I say about that?” Socrates tidak bisa mengatakan kalimat itu. Dia hanya bisa mengatakan: “Saya tidak takut mati karena mati membawa saya ke dunia yang lain, meskipun saya tidak pernah pergi.” Orang yang paling agung, pendiri-pendiri agama apapun mereka orang yang agung, orang yang hormat, orang baik tapi mereka semua tidak tahu apa itu mati. Kristus satu-satunya yang berkata: “Aku pernah mati dan Aku sudah bangkit kembali dan Aku hidup untuk selama-lamanya.” Pengharapan manusia ada di dalam tangan Tuhan. Janji Tuhan ada di dalam Yesus Kristus. Kemenangan Kristus ada di dalam kuasa kebangkitan-Nya.
Kita bersyukur kepada Tuhan, kita memuji Halleluya!, karena kita percaya kepada Tuhan yang sudah mengalahkan kuasa maut. Jikalau engkau masih takut mati saya meragukan iman Kristenmu beres atau tidak. Saya berani berkata bahwa saya mengalami begitu banyak bahaya dan saya tidak takut mati, karena Tuhanku adalah Tuhan yang hidup dan kehidupan Tuhan adalah kehidupan yang sungguh-sungguh dan hidup itu sudah dikaruniakan kepada orang yang beriman kepada Dia. Tuhan Allah mengasihi orang seisi dunia, Tuhan mengasihi orang Kristen, Tuhan mengasihi orang Islam, Tuhan mengasihi orang Buddha, Tuhan mengasihi orang Confusiusisme, Tuhan Allah mengasihi orang Komunis, Tuhan mengasihi orang Atheis, Tuhan mengasihi teroris, Tuhan Allah mengasihi semua orang, tetapi Tuhan tidak mengasihi dosa manusia. Tuhan mencintai orang berdosa tapi Tuhan tidak cinta dosa manusia. Seperti seorang ibu mencintai seorang anak, tapi tidak cinta kotoran yang ada di muka anaknya, maka dia mau membersihkan supaya anak itu keluar dari kenajisan. Cinta kadang-kadang perlu sapu lidi. Biarlah firman Tuhan mengkoreksi konsep kita yang salah. Jangan kira percaya Tuhan Yesus lalu engkau akan menjadi gemuk, menjadi kaya, menjadi lancar, menjadi sukses. Itu bukan ajaran Alkitab. Alkitab mengajar, yang mau mengikut Yesus Kristus harus menyangkal diri, yang mau mengikut Yesus Kristus harus pikul salib, yang mau menerima Yesus Kristus kadang-kadang dianiaya.
Sudah lebih dari 900 gereja di Indonesia dibakar oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, oleh orang-orang yang tidak menghormati Pancasila, oleh orang-orang yang namanya beragama, tapi hatinya melawan Tuhan. Dan saya belum mendengar berapa orang yang membakar gereja sudah dibawa ke pengadilan. Saya belum mendengar hukum dilaksanakan di Indonesia dengan ketat. Pada waktu Yesus di salibkan di kayu salib apa yang terjadi? Enam hal yang menakutkan yang terjadi: agama merosot, politik merosot, hukum merosot, militer merosot, masyarakat merosot, alam semesta sedang mengikat dan menguburkan Yesus Kristus. Di dalam hal ini kita melihat tidak ada pengharapan bagi manusia kalau politik dipermainkan, hukum dipermainkan, agama juga dipermainkan, militer dipermainkan, semua dipermainkan, manusia masih ada harapankah? Yesus disalibkan oleh siapa? Yesus disalibkan oleh agama, oleh politik, oleh hukum, oleh militer, oleh suara rakyat yang begitu banyak: “Salibkan Dia!” Di dunia ini ada keadilan? Kita adalah makhluk yang mengerti hukum. Tidak ada ayam yang mengerti hukum. Tidak ada kucing, harimau, jerapah, gajah, binatang apapun yang mengerti hukum. Satu-satunya makhluk yang mengerti hukum adalah manusia, karena dicipta menurut peta teladan Allah, lalu di dalam hukum kita mencari keadilan tetapi tempat yang paling tidak adil adalah pengadilan. Di mana kelihatan uang, matanya sudah melihat lagi kebenaran. Mahasiswa-mahasiswa yang sekolah hukum, jikalau hatimu tidak takut Tuhan, makin engkau belajar hukum makin engkau menjadi alat setan. Manusia bukan mau hukum. Manusia belajar hukum untuk cari uang, manusia menjadi jaksa untuk korupsi, manusia menjadi hakim untuk tidak adil. Kalau demikian adakah pengharapan dunia ini? Yesus bukan dibunuh oleh penyamun, Yesus bukan dibunuh oleh teroris, Yesus dibunuh oleh hakim-hakim yang melanggar hukum. Yesus dibunuh oleh politikus-politikus yang tidak kenal malu. Yesus dihukum mati oleh agama-agama yang tidak mengenal takut kepada Tuhan Allah. Yesus dihukum oleh militer-militer yang tidak tahu tugas mereka itu untuk apa. Massa yang berteriak dengan suara keras mau menang sendiri, akibatnya Anak Allah dibunuh di atas kayu salib. Dari keenam kuasa ini, semua ini telah membelenggu Yesus di dalam kuburan, lalu Yesus mati, selesai. Kalau demikian saya menjadi manusia tidak ada arti apa-apa. Yesus Kristus kalau tidak bangkit, umat manusia tidak ada pengharapan. Kalau Yesus bangkit berarti hukum yang tidak beres, politik yang tidak beres, militer yang tidak beres, hakim yang tidak beres, agama yang tidak beres, tidak bisa lari dari kuasa Tuhan Allah.
Hari kebangkitan Kristus memberikan jaminan manusia masih ada pengharapan. Kebangkitan Kristus memberikan peringatan kepada semua pejabat harus berjalan di dalam kebenaran atau pada suatu hari dihakimi oleh Allah yang tidak mengenal suap, Allah yang adil dan Allah yang mengalahkan kuasa maut. Pada hari ini saya bersyukur, kita orang Indonesia kita mau damai, kita mau rukun, kita mau saling menghormati meskipun kita beragama berbeda, kita boleh saling belajar. Coba belajar apa perbedaan agama Islam, dengan agama Kristen, dengan agama Buddha, hari ini saya berkata sebagai seorang pendeta, saya berkata: Yesus berbeda dengan semua pendiri agama karena Dia bangkit dari antara orang mati. Karena kuburan Dia kosong, maka hati kita tidak kosong. Karena kuburan Dia sudah kosong, maka hidup kita terisi. Mari kita orang Kristen mengerti, mengapa kita beriman kepada Dia, mengapa kita percaya Yesus Kristus karena Dia adalah pengharapan yang menyelesaikan semua kesulitan, semua kemelut dunia. Baik di Amerika, di Eropa, di Asia, di Asia Timur, di Latin Amerika, semua tidak beres, karena Alkitab berkata: “Sekalian manusia sudah berbuat dosa, semua sudah mengurangi kemuliaan Allah. Upah dosa adalah maut.” Saya berseru supaya presiden takut kepada Allah, wakil presiden takut kepada Allah, kabinet takut kepada Allah, hakim-hakim takut kepada Allah, jaksa-jaksa takut kepada Allah, pemimpin-pemimpin agama takut kepada Allah dan seluruh rakyat Indonesia menjadi rakyat yang takut kepada Allah. Dengan demikian kita harus bertobat, kita harus keluar dari dosa, kita harus lepaskan diri dari ikatan-ikatan daya tarik dari setan, dari dosa, dari perzinahan, perjudian, dan kita betul-betul berlutut minta pengampunan Tuhan.
Kalau Tzunami sudah datang, jendral pun mati. Kalau Tuhan sudah marah, orang yang menjadi presiden pun tidak bisa lewat dari 1 hari. Jikalau Tuhan sudah marah, bumi ini tidak ada satu pun yang bisa hidup. Dalam 20 tahun kelaparan akan melanda seluruh dunia. Di dalam 100 tahun mungkin sebagian sepertiga dan lebih manusia tidak bisa lagi hidup lagi di atas bumi. Karena dosa kita terlalu berat sehingga Tuhan akan mengatakan segala sesuatu yang pasti terjadi di dalam sejarah. Tuhan adalah yang menciptakan manusia dan memberikan manusia dalam kurun waktu dan tempat menjadi wadah eksistansi dan Tuhan adalah Tuhan yang adil dan menyatakan kebenaran. Yesus Kristus berkata sebelum Dia datang, gempa bumi akan terjadi, di mana-mana akan ada peperangan, manusia akan membenci satu dengan lain, bangsa dan bangsa berperang, rakyat dan rakyat berperang dan kelaparan akan tiba melanda dunia. Kemarin dalam seminar saya berkata ini bukan main-main karena suhu seluruh bumi terus naik di dalam 20 tahun akan datang suhu bumi akan rata-rata naik 2 derajat, sehingga ketidakaturan dan keadaan yang kacau dari turunnya hujan, suhu dan musim yang berubah mengakibatkan banyak tempat tidak bisa menghasilkan hasil bumi. Ini pasti terjadi, karena Tuhan sudah mengatakan. Apa yang pernah keluar dari ucapan mulut Tuhan, tidak ada satu kalimat kalkulasi, tidak ada satu kalimat spekulatif. Semua kalimat kebenaran. Manusia hidup bukan hanya bersandar roti saja. Manusia hidup bersandarkan setiap firman yang keluar dari mulut Tuhan. Itu sebab, kita hidup di dunia ini, kita mengetahui dunia ini tidak beres, karena dunia ditinggalkan oleh manusia dan dunia sedang menerima dosa yang makin lama makin berani dari manusia –yang sebenarnya dicipta menurut peta dan teladan Allah. Tetapi sekarang manusia tidak mirip Tuhan, manusia mirip binatang, manusia mirip setan! Manusia tidak lagi mengenal istri, ada pria yang boleh tidur dengan perempuan siapa saja seperti anjing. Moral sudah merosot, iman hanya berada di mulut, berbakti dan beragama hanya berpura-pura.
Pada waktu konperensi di Manila 1989, kita undang ketua parlemen datang untuk memberikan pidato sambutan, dan dia berkata: “I’m so sorry to tell you, this country is the only Catholic country in Asia but our Country is one of the most corrupt people country in Asia to.” Saya harus sedih mengatakan, negara ini Katolik terbesar di Asia tetapi negara ini salah satu negara terkorup di benua Asia. Semua ingin menangis. Bukankah kita menerima Pancasila, bukankah kita beragama? Tetapi kita berani menipu, berani korupsi, berani melakukan hal yang tidak beres lebih dari atheis-atheis. Saya tidak dengar di negara komunis ada gereja dibakar, tetapi saya dengar negara Pancasila gereja dibakar. Kita mempunyai hukum, agama, politik dan ide-ide yang sangat tinggi tetapi tidak takut kepada Tuhan.
Kiranya malam ini, kebangkitan Kristus menjadi dorongan untuk kita melihat kepada janji Tuhan, Dia adalah Tuhan yang hidup, Tuhan yang setia, Tuhan yang benar. Tuhan yang sudah mengalahkan kuasa dosa, kematian, hukum Taurat, kutukan ketidak adilan, Dia memberikan hidup yang baru, pengharapan kepada kita. Mari kita yang sudah percaya kepada Tuhan pegang teguh janji yang diberikan. Mari kita yang belum menerima Tuhan Yesus mari datang kepada Tuhan, datang buka hatimu, Kristus yang bangkit akan masuk ke dalam hidupmu, masuk ke dalam hatimu. Kristus mau menolong bangsa Indonesia untuk kemuliaan Dia, untuk sesama kita. Kiranya segala kemuliaan kita kembalikan kepada Tuhan, karena Dia ada di sini, Dia hidup di tahtanya, Tuhan hidup di setiap jiwa orang yang beriman kepada Dia, Tuhan hidup di hati saya. Apakah Tuhan juga hidup dihatimu ? Mari kita datang kepada-Nya.
________________________________________
Dikutip dari:

Buah Injil (Ringkasan Khotbah Pendeta Dr. Stephen Tong)

Mendi blog.

Buah Injil (Ringkasan Khotbah Pendeta Dr. Stephen Tong)

Buah Injil (Ringkasan Khotbah Pendeta Dr. Stephen Tong)

Yohanes 15:8

Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu."

Yohanes 15:16

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu.

Roma 1:13-15

Saudara-saudara, aku mau, supaya kamu mengetahui, bahwa aku telah sering berniat untuk datang kepadamu - tetapi hingga kini selalu aku terhalang - agar di tengah-tengahmu aku menemukan buah, seperti juga di tengah-tengah bangsa bukan Yahudi yang lain.
Aku berhutang baik kepada orang Yunani, maupun kepada orang bukan Yunani, baik kepada orang terpelajar, maupun kepada orang tidak terpelajar. Itulah sebabnya aku ingin untuk memberitakan Injil kepada kamu juga yang diam di Roma.

Kolose 1:6

Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya.




Kali ini kita akan membicarakan tentang buah yang terakhir dari orang Kristen, yaitu buah Injil, yaitu untuk membawa orang lain pada Tuhan. Betapa banyak orang Kristen, yang sudah menjadi Kristen berpuluh-puluh tahun, belum pernah membawa satu jiwa pada Tuhan. Hidup kemiskinan rohani adalah hidup yang senantiasa mau memelihara diri untuk bereksistensi saja, tetapi tidak mempunyai kekuatan yang
berkelebihan untuk mengalir keluar bagi orang lain.

Dalam Yoh 10:10 Tuhan Yesus berkata bahwa Ia datang supaya kita memiliki hidup, dan hidup yang berkelimpahan. Di sini kita melihat ada 2 hal yang berbeda, yaitu hidup dan hidup yang berkelimpahan. Jika kita memiliki hidup yang berkelimpahan, maka kita bukan saja dapat menjaga diri, tetapi kita mempunyai kekuatan untuk melayani orang lain. Hidup yang papa dan hidup yang limpah bedanya terletak pada menurut pelayanan dari orang lain, ataukah menuntut diri terus menerus untuk
melayani.

Berbuah adalah bukti hidup. Sebagai orang Kristen juga demikian. Jikalau kita mau berbuah Injil, berarti kita melalui Injil yang kita terima itu kita sadar, kita alami kuasa perubahan luar biasa dari Roh Kudus yang memperanakkan kita. Jika kita tidak mengalami kuasa Injil dari Tuhan, maka kita tidak dapat disebut sebagai orang Kristen sejati.

Kalau kita mau berbuah membawa orang lain datang kepada Tuhan, itu kita membutuhkan beberapa kesadaran yang besar, yaitu:


1. KESADARAN AKAN BERAPA BESARNYA NILAI JIWA.

Pengenalan nilai sangat menentukan sikap kegiatan dalam berusaha. Apa sebabnya ada orang yang rela pergi meninggalkan usahanya yang cukup besar, khusus untuk belajar sesuatu yang sama sekali tidak bisa menghasilkan banyak uang? Karena mereka merasa ada nilai dalam bidang yang lain. Nilai yang memberikan konsep yang baru akan menyebabkan seseorang memilih yang lain. Demikian juga dengan banyak orang yang
sebenarnya mempunyai suatu hari depan yang terjamin, tetapi karena konsep nilai yang sudah dirubah oleh Tuhan, mereka meninggalkan usaha mereka dan menjadi hamba Tuhan. Tuhan Yesus pernah berkata: "Apa gunanya engkau mendapatkan seisi dunia tetapi kehilangan nyawamu?" Di sini Tuhan Yesus berusaha memberikan pengetahuan kepada kita tentang nilai jiwa yang lebih dari seluruh dunia. Mujizat yang terbesar ialah
kalau orang berdosa, dengan kuasa Kristus, bertobat, menjadi orang Kristen. Inilah yang kekal, inilah yang terjadi untuk selama-lamanya. Jika ada satu orang bertobat, seorang berobah dan datang kepada Tuhan Yesus, menjadi orang Kristen, dan diampuni dosanya serta dia mendapatkan hidup yang baru, itu mujizat yang bertahan sampai selama-lamanya, itu kekal.


2. KITA MEMERLUKAN KESERIUSAN DALAM MENANGGAPI DAN MEMIKIRKAN TENTANG KEKEKALAN.

Kita harus juga dengan penuh keseriusan menanggapi sifat kekekalan. Setiap manusia adalah suatu makhluk yang mempunyai jiwa kekal. Apa artinya kekal? Billy Graham pernah berusaha memberikan arti "kekal" ini. Ia berkata: Kekal berarti selama-lamanya, kekal itu berarti tidak ada habis-habisnya. Banyak orang berkata bahwa sesudah mati lalu selesai. Tetapi sesungguhnya sesudah mati tidak selesai!
Sesudah itu kita masuk ke dalam kekekalan, yang tidak habis-habis. Kalau jiwa itu selama-lamanya maka kita tidak boleh menghina siapapun juga sebab mereka semua adalah manusia yang diciptakan oleh Tuhan dan memiliki jiwa kekekalan. Dalam keadaan sadar tentang hal kekekalan yang serius ini, mau tidak mau kita harus membawa Injil Yesus Kristus kepada orang lain.

Saya berdoa berkali-kali, berpuluh kali, beratus kali, supaya gereja menjadi gereja yang misioner, yaitu gereja yang mengutus, mengabarkan Injil, gereja yang setiap anggotanya adalah anggota yang berbuah. Gereja yang tidak mengabarkan Injil lebih baik mati! Gereja yang tidak memikirkan Pekabaran Injil tidak mungkin menjadi gereja yang bertumbuh. Gereja yang tidak mengabarkan Injil tidak mungkin menikmati
penyertaan dari Tuhan Allah.

Perasaan tanggung jawab dari segala tingkah laku dan perkataan dan etika kita semua itu berdasarkan kesadaran bahwa saya menghadap kepada Allah yang kekal. Jika saya menghadap Allah yang kekal maka saya tidak boleh sembarangan. Jikalau demikian, bolehkah kita melihat orang lain sebagai orang yang tidak penting? Setiap manusia adalah mahluk yang bersifat kekekalan, di mana kita perlu mempunyai jiwa yang mengasihi kepada mereka dan kita serius pada mereka. Waktu kita melihat
seseorang, lihatlah dia adalah peta dan teladan Allah yang sedang menuju ke neraka. Inilah mahluk yang punya kekekalan dan memerlukan berita Injil.


3. KESADARAN BAHWA BINASA ITU ADA.

Jangan sampai kita ditipu oleh liberalisme, jangan ditipu oleh ajaran-ajaran yang tidak bertanggung jawab, yang mengatakan tidak ada neraka, tidak ada penghukuman yang kekal, tidak ada penghakiman terakhir. Tetapi sesungguhnya kita harus memberitakan kebenaran Firman Tuhan, kita memberitakan wahyu yang diberitakan pada kita. Apa yang diberitakan oleh Alkitab kita beritakan, apa yang tidak diberitakan oleh Alkitab tidak kita beritakan. Alkitab berkata: Ada sorga, ada
neraka.

Sorga dan neraka bukan hanya satu pengertian yang bersifat superficial begitu saja, tetapi ada arti yang lebih dalam dari itu. Sorga adalah tempat persatuan antara Sang Pencipta dan yang dicipta untuk selama-lamanya. Kita akan bergabung dengan sumber kebenaran. Dan apakah neraka? Dalam neraka kita akan dibuang dari hadapan Allah yang penuh kasih, kebenaran, kesucian, kebajikan, untuk selama-lamanya.
Hidup tanpa ada kesucian, kasih, kebenaran, dalam siksaan akan akibat dosa kita sendiri. Jikalau kita mengerti akan apa yang dikatakan Alkitab ini betul-betul ada dan pasti ada karena ini adalah Firman Allah, maka akankah kita membiarkan orang masuk ke dalam neraka dengan begitu saja?


4. KARENA CINTA TUHAN MENDORONG KITA.

Karena cinta Tuhan mendorong kita, maka kita tidak mungkin hidup tidak membawa jiwa. Kita tidak mungkin hidup hanya bagi diri kita sendiri saja. Kita menjadi Kristen, didorong cinta kasih Tuhan. Pada waktu kita jatuh cinta untuk pertama kali pada seseorang, pada waktu itu kita berkata seolah-oleh tidak bisa lagi hidup tanpa dia.

Sekarang ini kita tidak memberitakan Injil karena kekurangan cinta Tuhan yang mendorong kita. Waktu Tuhan mendorong kita dengan cinta, maka kita melihat setiap jiwa itu sebagai sasaran dalam rencana Tuhan Allah mau memperoleh mereka. Kalau sudah didorong maka tidak mungkin kita meninggalkan atau membiarkan begitu saja. Kita harus membawa mereka pada Tuhan. Menurut Alkitab, dalam cinta tidak ada ketakutan. Kita sering mau mengabarkan Injil kepada seseorang, tapi takut pada
mereka, takut kalau mengabarkan Injil nanti orang itu marah. Tetapi kalau cinta sudah memenuhi hati kita, kita menjadi lain, kita melihat jiwa-jiwa itu mempunyai nilai yang istimewa, dan kita didorong untuk memberitakan Injil kepada mereka.

Kalau kita sebagai orang Kristen tidak pernah berbuah, bagaimana kita akan bertemu dengan Tuhan kelak. Pagi ini saya bertanya kepada saudara, sudahkah engkau berbuah? Paulus berkata: "Aku berhutang kepada orang Yunani, aku berhutang kepada orang bukan Yunani. Aku berhutang kepada semua orang. Sebab itu aku ingin berbuah di antara kamu juga." Maukah kita sekarang menjadi orang Kristen yang berbuah?
Tuhan Yesus berkata: "Bukan kamu yang mengutus Aku, tetapi Akulah yang memilih engkau, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah, dan buahmu itu tetap."

Sumber: http://www.fica.org/ficalist/fica/teach/stong

KEILAHIAN KRISTUS MELALUI KARYA-NYA – Oleh:Pdt. Dr. Stephen Tong

Mendi blog.

KEILAHIAN KRISTUS MELALUI KARYA-NYA – Oleh:Pdt. Dr. Stephen Tong


Makalah ini ditranskrip dari khotbah beliau pada acara Kebaktian Penyegaran Rohani 1997
Yesus Kristus adalah wujud dari Allah yang tidak nampak, merupakan cahaya Ilahi yang tidak nampak. Allah adalah terang yang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, namun terang itu bercahaya melalui kehidupan Kristus yang terlihat. Yesus sendiri memproklamirkan, barangsiapa melihat Aku, bukan melihat Aku, melainkan melihat Bapa yang mengutus Aku. Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah, tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada dipangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya. Kapankah Yesus Kristus menyatakan Bapa-Nya? Saat Dia inkarnasi: Allah menjadi manusia, manusia bisa menyaksikan Dia, kemuliaan Allah nampak di atas diri-Nya. Hari ini, di dalam persekutuan saya pribadi dengan Allah, saya khusus memperhatikan catatan Alkitab tentang hal memandang Yesus. Memang Alkitab banyak berbicara tentang hal memandang, tetapi yang Allah pertama-tama tuntut dari manusia adalah memandang Anak-Nya. Yesus Kristus, Domba yang disembelih itu. Pada saat Musa meninggikan ular tembaga, dia berharap, orang-orang yang telah digigit ular mau menengadah pada ular tembaga itu, agar mereka terhindar dari maut. Demikian juga dengan seluruh umat manusia yang sudah berdosa, mereka perlu menengadah, memandang pada Yesus, agar bisa terlepas dari maut dan dosa.
Maka inti dari PL adalah mengajak kita memandang kepada Allah Anak, yang akan datang menjadi manusia. Sampai di awal PB, sebelum Yesus keluar memberitakan Injil, Roh Allah memenuhi Yohanes pembaptis. Maka pada saat Yohanes memberitakan Injil, dia mengintisarikan seluruh PL ke dalam satu statement: Lihatlah, Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. Siapakah Kristus? Dia, yang diutus Allah. Kristus diutus untuk apa? Menjadi domba yang menggantikan dosa kita. Apa sebabnya? Karena Dia akan mati bagi dosa-dosa manusia. Apakah hasil yang ingin Dia capai? Menyelesaikan masalah dosa di seluruh dunia. Ketika Paul Tillich berbicara tentang Martin Luther, komentarnya, Martin Luther adalah seorang reduksionis yang agung di dalam sejarah Jerman. Karena Martin Luther membaca banyak buku, dan dia sanggup mengintisarikan hal-hal yang penting ke dalam beberapa statement saja. Saya pribadi mengira, Yohanes pembaptislah reduksionis yang sungguh-sungguh agung. Perkataan Yohanes pembaptis selalu begitu orisinil dan begitu kreatif. Dia meninggikan dua berita yang paling penting: “Bertobatlah kamu, karena Kerajaan Allah sudah dekat”, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa dunia.” Kedua berita ini adalah fokus yang paling dalam dari kehendak Allah.
Yohanes tidak mengajak orang untuk memandang dirinya, dia juga tidak menarik perhatian orang terhadap dirinya, tapi ia ingin memusatkan seluruh fokus pemandangan gereja hanya pada diri Yesus, yang telah menjadi Domba penghapus dosa manusia. Pada saat Yesus memanggil murid-murid-Nya, mereka bertanya, di manakah kami akan tinggal? Jawaban Yesus sederhana sekali: datang dan lihatlah! Pada saat murid-murid mengikut Yesus, yang mereka pikirkan adalah soal tempat tinggal, sama seperti hari ini, banyak orang mau menjadi penginjil, tapi yang mereka pikirkan adalah: di manakah kami akan tinggal? Apa yang akan kami makan? Berapa besar honor yang diberikan kepadaku? Yesus tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu, Dia hanya berkata, datang dan lihatlah! Seumur hidup saya mengikut Yesus Kristus, adalah untuk menyaksikan, Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan yang bagaimana. Waktu Filipus bertemu dengan Natanael, dia berkata, kami telah menemukan Dia, yang disebut oleh Musa dalam Kitab Taurat dan para nabi. Sekarang datanglah sendiri dan saksikanlah Yesus Kristus! Pada waktu seseorang datang ke hadapan hadirat Tuhan, menyaksikan kemuliaan-Nya, maka segala ketidakpercayaan yang ada pada dirinya akan lenyap dengan sendirinya.
Kerohanian kita dimulai dari pertemuan kita dengan Kristus, kerohanian kita bertumbuh adalah karena terus menerus menyaksikan kelimpahan Yesus Kristus. Setelah perempuan Samaria bertobat dan diselamatkan, dia kembali ke kotanya dan bersaksi: datang dan lihatlah! Apa yang dilihat? Dia, yang membongkar dosa-dosa yang kuperbuat dalam seumur hidupku. Saat Pilatus menghakimi Yesus Kristus, dia merasa heran, mengapa pemimpin-pemimpin agama membawa orang yang sebaik Dia kehadapanku untuk dihakimi? Dia tahu, dirinya tidak menemukan dosa yang telah Yesus lakukan. Sehingga tiga kali dia mengatakan, aku tidak menemukan kesalahan-Nya. Yesus tidak takut untuk dilihat, diselidiki olehmu. Tatkala kau sungguh-sungguh melihat Dia, kau akan tergerak dan membuka pintu hatimu. Maka Pilatus membawa-Nya kehadapan massa dan berkata, pandanglah orang ini! Hanya kehidupan Yesus Kristus saja, cukup membuat seumur hidup kita tidak habis-habisnya memandang Dia. Pandanglah orang ini! Di dalam bahasa latinnya adalah “ecce homo” behold this man. Pada abad ke-19, David Friedrich Strauss (1808-1874), seorang teolog Jerman menulis riwayat hidup Yesus dengan judul “Pandanglah Orang Ini”. Bukan saja demikian, pada waktu Petrus tua, di dalam suratnya Petrus juga menuliskan, di atas gunung yang kudus, kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya. Apa yang tertulis di dalam 1Yohanes, yang kita baca pada hari ini? Apa yang telah ada sejak semula, yaitu Dia yang sejak semula bersama-sama dengan Allah, Firman Hidup yang sudah ada sejak kekal, pernah datang ke dunia ini. Selama hidup-Nya di dunia ini, kami mendengar tentang Dia, kami telah menyaksikan tentang Dia. Dengan telinga kami sendiri, kami mendengar sabda-Nya, dengan mata kami sendiri, kami menyaksikan Dia, dan dengan tangan kami sendiri, kami menjamah Dia. Kata-kata seperti itu, tidak terdapat di bagian lain di Alkitab. Apakah yang akan Yohanes ungkapkan? Yohanes ingin membagikan pengalamannya, Firman itu pernah secara real, hidup di tengah-tengah manusia. Tao yang diajarkan oleh Confusius, adalah sesuatu yang tidak bisa terpisah sedetikpun dengan manusia, hanya saja tidak bisa dipahami, juga tidak tahu di mana dia berada. Sampai menjelang ajalnya, Confusius tetap tidak tahu bagaimana memahami Tao ini, maka katanya, kalau pagi hari saya mendengar Tao, sore harinya matipun rela.
Tao yang diajarkan Lao Tze adalah, saya tidak mengetahui dia, tapi Tao yang bisa diutarakan pastilah bukan Tao yang kekal dan nama yang boleh disebut pastilah bukan nama yang immortal. Sebab itu, saya tidak tahu namanya, hanya menyebutnya sebagai yang besar, yaitu Firman. Tetapi apakah Tao itu, Lao Tze sendiri tidak dapat menjelaskannya. Tatkala filsafat Barat dan kebudayaan Timur tidak bisa memahami apa itu Tao, Yohanes mengucapkan perkataan ini: sekarang aku menyampaikan tentang Dia, yang bersama-sama dengan Allah, yang telah ada sejak semula, yaitu Firman yang kekal itu kepadamu. Tao yang berada di dalam filsafat Timur maupun Barat, adalah ideologi yang direka oleh rasio manusia yang dicipta. Tetapi Tao yang dibahas di dalam Alkitab, adalah kebenaran yang menciptakan rasio, menjadi manusia yang berdarah daging, menyatakan diri kepada manusia. Ini adalah sumber dan cara yang sama sekali berbeda. Seumur hidup kita di dunia ini, kalau kita tidak merenungkan, tidak menyelidiki, tidak menyaksikan dengan mata kepala sendiri akan fakta sejarah: Firman yang menjadi manusia, maka hidup kita sia-sia adanya. Di sini juga mencakup mata kita sendiri menyaksikan Dia. Di dalam bahasa Inggrisnya, istilah yang dipakai untuk menyaksikan adalah gaze bukan see. Bukan hanya itu saja, bahkan kami pernah menjamah Dia dengan tangan kami sendiri. Apakah artinya? Tao bukanlah sesuatu nun juah di surga sana, tinggi dan sulit dimengerti. Tao yang diajarkan dalam kekristenan adalah kebenaran yang beserta kita, yang dekat, menjalin hubungan dengan kita, dan yang hidup ditengah-tengah kita. Biarlah di dalam seumur hidup kita ini, kita selalu merasa interest untuk merenungkan, mengenal Yesus, bahkan semakin memahami hubungan yang Dia jalin dengan kita.
Di dalam sejarah, terdapat banyak orang yang amat sangat agung, tetapi Bernard Ramm, seorang teolog mengatakan, kalau semua orang-orang agung itu dijajarkan, bagaikan gunung adanya, namun Yesus, bagaikan gunung Everest, yang menjulang tinggi di langit, tidak terbandingkan. Menurut saya, perbandingannya tidak seperti itu, karena itu hanyalah perbandingan manusia. Perbandingan Kristus dengan semua orang agung adalah perbandingan antara Allah dan manusia, perbandingan secara kualitas bukan perbandingan secara kuantitas. Sebab itu, ketika Yesus hidup sebagai manusia, hidup-Nya mengandung substansi keilahian. Kalau demikian, apakah pernyataan sifat ilahi yang adalah di dalam hidup Yesus?
1. Kesucian-Nya
Sebelum Yesus lahir sebagai manusia, malaikat sudah menubuatkan, anak yang akan kau lahirkan ini, harus diberi nama yang Kudus, dari Allah; The Holy One of God. Yang kudus dari Allah, adalah istilah yang begitu kudus, begitu penting di dalam kitab nabi-nabi. Karena para nabi-nabi hanyalah penyambung lidah bagi Allah saja, mereka adalah orang-orang yang dikuduskan, padahal sebelumnya, mereka adalah orang-orang berdosa, tapi melalui penebusan Allah, mereka menjadi orang kudus. Sedangkan yang satu ini, Dia adalah yang kudus itu sendiri, yang menyatakan kekudusan Allah: The Holy One of God will come to you. Sebab itu, siapakah Yesus Kristus? Dia adalah dirinya kesucian itu sendiri. Waktu Dia lahir di dunia, dengan statusnya sebagai yang kudus dari Allah, Dia hidup di tengah-tengah dunia yang berdosa, di tengah-tengah masyarakat yang penuh dengan dosa. Dia adalah wakil dari Allah yang kudus, yang menyatakan diri secara konkrit di tengah-tengah manusia. Inilah tanda yang pertama dari keilahian Kristus di dalam hidup-Nya.
Apakah perbedaannya dengan kita? Kita menuntut kekudusan. Mengapa kita menuntut kekudusan? Karena kita menemukan, untuk menjadi kudus itu sulit adanya, tapi kita merindukan kekudusan, kita berhadap menjadi kudus. Karena kita menyadari: diri kita tidak kudus, kita adalah manusia yang najis. Tetapi Alkitab memberitahukan kepada kita, bahwa Yesus Kristus adalah dirinya yang kudus itu. Hal ini sungguh nyata di dalam kehidupan-Nya. Ibrani 4, Dia sama seperti kita: kita mempunyai tubuh jasmani, Dia juga mempunyai tubuh jasmani. Ibrani 2, kita memiliki tubuh yang berdarah daging, Dia juga memiliki tubuh yang berdarah daging. Dalam Ibrani 4, Dia sama dengan kita, telah dicobai di dalam pelbagai hal, hanya saja tidak berbuat dosa. Statement apakah yang terpenting di dalam etika orang Tionghoa? Kita harus menuju kepada Summum Bonum; kebajikan yang terakhir dan yang tertinggi. Tetapi mungkinkah kita mencapainya? Confusius mengatakan, siapakah yang bisa tidak melalukan dosa? Kalau kita bisa memperbaiki kesalahan kita, maka tidak ada kebajikan yang lebih tinggi daripada pertobatan. Sebab itu, kebajikan yang tertinggi adalah pertobatan seseorang yang berdosa. Seseorang bertobat, berarti dia pernah berbuat dosa. Tetapi kehidupan Yesus Kristus adalah kehidupan yang sama sekali tidak berdosa, sebab itu, kekudusan hidup-Nya adalah pernyataan sifat ilahi di dalam diri-Nya. Apakah peringatan Yesus yang terberat tentang moral? Yohanes 9 “Siapakah di antaramu yang bisa membuktikan bahwa kau bersalah?” Tidak pernah ada seorang yang mempunyai kehidupan seperti itu. Mengapa Sidharta Gautama menikah? Orang tuanyalah yang mengatur pernikahan baginya, agar dia tidak terus menerus berdosa. Bagaimana dengan pendiri-pendiri agama yang lain? Dia, yang mengizinkan orang mengawini beberapa wanita, sendirinya mengawini belasan wanita, salah seorang di antaranya adalah wanita yang dia rebut dari anaknya. Di dalam sejarah manusia, tidak pernah ada seorangpun yang seperti Yesus Kristus. Dialah satu-satunya orang yang benar-benar suci.
Mengapa saya percaya kepada Yesus? Saya adalah seorang yang amat tidak suka menjadi orang Kristen. Waktu saya berusia tujuh belas tahun, saya berharap kekristenan cepat-cepat punah. Orang yang paling saya benci adalah pendeta dan penginjil. Sampai hari ini, masih ada sebagian pendeta dan penginjil yang masih amat saya benci. Justru karena saya membenci pendeta dan penginjil, maka Tuhan menangkap saya menjadi pendeta, itulah yang disebut balasan. Saya tidak beranggapan, kalau kau adalah seorang pendeta, maka kau pasti adalah orang baik. Karena kita bukanlah percaya kepada pendeta, melainkan percaya Yesus. Hanya Yesus Kristuslah satu-satunya orang yang mutlak suci dan sempurna.
2. Keadilan dan Kebenaran-Nya
Yesus Kristus adalah satu-satunya yang adil dan yang benar. Apakah yang dimaksud dengan keadilan dan kebenaran (bahasa Inggris: righteousness, bahasa Yunani: Dikaiosune)? Diakaiosune mempunyai lima tingkatan. Yang akan kita bahas adalah “fairness”. Waktu Yesus Kristus menjadi manusia di dunia, Dia bisa menerima orang yang paling berdosa, tetapi Dia menolak dosa yang sekecil apapun. Dia tidak takut kepada mereka yang berkedudukan tinggi, tetapi Dia tidak menghina mereka yang paling rendah. Inilah pernyataan dari seorang yang sungguh-sungguh adil. Hari ini, banyak orang tidak melalui kehidupan seperti ini: kalau melihat orang yang mempunyai kedudukan berbuat salah, mereka tidak berani berbicara. Kalau melihat orang kaya berbuat salah, masih saja menjilat-jilat dia. Kalau melihat orang miskin berbuat kesalahan yang kecil, langsung dihardiknya. Tidak demikian dengan Tuhan kita. Kita orang yang najis, yang berpenyakit kusta datang kepada-Nya, Yesus Kristus menumpangkan tangan atas dirinya, mendekati dia. Karena kesucian-Nya adalah kesucian yang tidak bisa luntur, yang tidak akan lenyap hanya karena gangguan-gangguan yang ada. Kesucian yang bisa luntur adalah kesucian yang pasif, yang dimiliki oleh golongan orang-orang Farisi. Maka ketika orang yang berpenyakit kusta berjalan di jalanan, mereka tidak boleh tidak jujur, mereka harus terang-terangan berseru, najis, najis, aku adalah orang najis. Waktu orang-orang mendengar teriakan itu, banyak dari mereka yang menyingkir, karena takut tertular. Karena Taurat mengajarkan, tidak boleh mendekat pada orang yang najis. Karena ketika kita dekat dengannya, kita akan menjadi najis. Bukan demikian dengan kesucian Yesus Kristus, kesucian-Nya bukanlah kesucian yang bisa luntur, melainkan kesucian yang bisa mempengaruhi orang lain menjadi suci, kesucian yang aktif.
Kesucian-Nya ditambah dengan keadilan dan kebenaran-Nya, maka Dia bisa menjadi harapan bagi orang berdosa. Dia bukan datang untuk menghakimi dosa manusia, melainkan menyelamatkan manusia lepas dari kuasa dosa. Yesus bukan datang untuk menghina orang-orang yang hina, malah Dia sendiri lahir di tempat yang paling hina, membiarkan orang menghina-Nya. Maka Dia adalah orang yang paling bisa memahami kepedihan hati orang-orang yang dihina dan diremehkan. Adakah orang yang seperti Yesus, lahir di palungan, meminjam kandang binatang, dan mati dengan meminjam kuburan orang lain? Tatkala Dia mendapati raja Herodes bersalah, kata-Nya: beritahukan kepada serigala itu. Waktu Dia bertemu dengan ahli Taurat yang mengenakan pakaian imam, yang kelihatan alim, kata-Nya, celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi yang munafik. Tatkala anak-anak kecil yang dianggap tidak tahu apa-apa disuruh pergi, kata-Nya, biarlah anak-anak itu datang kepada-Ku. Karena orang-orang seperti inilah yang berada di dalam kerajaan Allah. Akhir-akhir ini, terjadi kekacauan di beberapa tempat di Indonesia, suatu organisasi menulis surat petisi, mohon pemerintah memecat menteri agama. Pemerintah merasa sangat tidak senang akan kelakuan mereka. Tatkala organisasi ini melakukan sedikit aksi, banyak gereja dan sekolah teologia ketakutan setengah mati, sampai tidak mau ikut apapun. Ada orang bertanya, bagaimana pendapat saya? Saya balik bertanya, mengapa kamu tidak ikut? Katanya kita harus mempunyai hikmat. Saya beritahukan kepadamu, banyak orang yang merasa takut, menganggap dirinya lebih berhikmat daripada orang lain. Saya tidak bermaksud menyetujui tindakan kaum ekstrimis itu, karena saya percaya, di dalam situasi dan kondisi seperti ini, siapapun yang menjabat menteri agama, akan sama mengalami kesulitan. Pada saat orang Kristen perlu angkat bicara, dia harus berani, tetapi pada saat tidak perlu angkat bicara, dia harus tutup mulut. Salah satu keindahan dari kekristenan adalah: tegar dan berani. Pada saat diperlukan, Yesus Kristus maju dengan berani, sampai ditangkap, bahkan disalibkan sekalipun, Dia tidak melarikan diri. Pada waktu Dia akan ditangkap, kata-Nya kepada orang-orang yang menangkap-Nya, kalau Akulah orang yang akan kalian tangkap, biarkanlah orang-orang ini pergi. Dia tidak menginginkan seorangpun berbagian di dalam penderitaan-Nya itu. Pada waktu wanita yang berzinah ditangkap itu dibawa kehadapan-Nya, tanya-Nya, tidakkah mereka menghukummu? Aku juga tidak menghukum kamu. Yesus tidak mengatakan bahwa dia tidak berdosa, karena kata-Nya mulai hari ini, janganlah berbuat dosa lagi. Aku datang bukan untuk menghukum, melainkan untuk menyelamatkan manusia lepas daripada dosa. Lihatlah, betapa tidak fairnya orang-orang itu: yang melakukan zinah adalah dua orang, tetapi mereka melepaskan si pria dan menangkap si wanita yang lemah. Masyarakat berlaku begitu tidak adil, tapi mereka ingin menerapkan keadilan sesuai dengan Taurat, bukankah itu merupakan sesuatu yang sangat ironis? Yesus Kristus tidak mau berbagian di dalam hal meluruskan keadilan dengan ketidakadilan.
Pada waktu Yesus Kristus menanggung dosa-dosa kita, Dia adalah yang kudus itu sendiri, waktu Dia harus menerima vonis yang paling tidak adil, Dia menanggungnya dengan segala kerelaan. Dengan status-Nya sebagai yang suci, Dia naik ke atas kayu salib, Dia tidak mengucapkan sepatah kata yang mempersalahkan manusia atau menggerutu kepada Allah, juga tidak mengucapkan sepatah kata yang mengutuki musuh-musuh-Nya. Alkitab mengatakan, Dia tidak mengucapkan kata-kata yang mengecam. Orang mengutuki Dia, Dia mendoakan mereka. Orang menyalibkan Dia, Dia berdoa: “Bapa ampunilah mereka, karena mereka tidak tahu, apa yang mereka perbuat”. Sungguh tidak pernah ada seorangpun yang seperti Yesus. Setelah kau sungguh-sungguh menyaksikan seluruh kehidupan Yesus, maka mau tidak mau kau harus memilih: membuang-Nya atau berlutut dan menyembah-Nya. Kau menganggap-Nya sebagai pendusta, atau kau menyembah Dia seraya berkata, Kau adalah Allah! Mulai hari ini, aku mau mengikut Engkau. C.S. Lewis, sastrawan Inggris, yang tadinya seorang ateis, kemudian bertobat menjadi orang Kristen, menulis sebuah buku, yang menjelaskan tentang Yesus, menuliskan satu kalimat, yang saya anggap sebagai kalimat yang sangat agung, sangat menantang, sangat memberikan inspirasi di dalam buku tersebut: If Jesus is not God, then Who is He? Belum pernah ada orang yang seperti Dia, suci tanpa berdosa, adil dan berani. Yesus adalah yang kudus dari Allah, yang adil dari Allah, sebab itu, saya percaya Yesus Kristus.
3. Kebajikan-Nya
Yesus adalah yang mutlak bajik. Tidak ada niat yang jahat di dalam pemikiran-Nya, tidak terdapat caci maki dan kutukan di dalam mulut-Nya, sikap-Nya tidak menghina, tidak menunjukan ketidaksabaran. Dalam hidup ini, kalau kita diberi kesempatan untuk berkumpul dengan orang-orang agung, adalah anugerah Tuhan yang besar sekali. Kalau seseorang terus menerus menemukan kebaikan orang lain, dia pasti sedang dan terus bertumbuh. Jangan membiasakan diri dalam memperhatikan kekurangan orang lain: bagaimanapun baiknya dia, sayang, dia masih mempunyai kekurangan. Bagaimanapun hebatnya dia, dia masih mempunyai kekurangan, kau tidak tahu, tapi aku tahu. Orang yang selalu melihat kekurangan orang lain, dirinya sendiri pasti mempunyai kekurangan yang besar. Kalau dengan sikap seperti ini kau memandang Yesus, kau pasti akan kecewa, karena kau pasti tidak akan menemukan sedikit cata cela, noda di atas diri-Nya. Dia adalah dirinya kebajikan yang mutlak.
Immanuel Kant, filsuf Jerman berkata, manusia perlu terus menuntut akan kebajikan yang tertinggi. Kebudayaan, pendidikan, pengetahuan, masyarakat, harus mengutamakan moral, membina hati nurani, mempopulerkan pendidikan. Tapi menurut dia, orang genius tidak perlu dididik, sedangkan orang yang tidak berguna, dididik pun tidak ada gunanya, kita perlu mendidik mereka yang biasa-biasa saja, supaya mereka terus bertumbuh. Manusia harus terus maju. Orang bertanya, maju menuju ke mana? Jawabnya, menuju pada Summum Bonum; The highest goodness, yaitu kebajikan yang disebut-sebut Confensius. Kalau ada orang bertanya kepada Immanuel Kant, apa itu Summum Bonum? Dia hanya menjawab, orang Nazareth yang berada di dalam sejarah itu, sudah berada pada titik itu. Dia enggan mengucapkan nama Yesus, namun di dalam hatinya dia tahu satu hal, tidak pernah ada orang yang hidupnya sebajik Yesus. Yesus bukan hanya diri-Nya kesucian, diri-Nya keadilan dan kebenaran, Dia juga diri-Nya kebajikan.
Tetapi mengapa pada waktu orang muda itu datang kepada Yesus dan berkata, Guru yang bajik, Yesus malah menyangkalinya? Saksi Yehova membengkokkan arti dari ayat itu. Mereka menggunakan Yesaya 9:5, untuk mengatakan bahwa Yesus adalah Allah yang perkasa bukan Allah yang Mahakuasa, jadi menurut mereka, Yesus adalah Allah kecil, Allah Bapalah Allah besar. Mereka juga menggunakan jawaban Yesus terhadap orang muda itu untuk menyangkal bahwa Yesus adalah yang bajik. Orang muda itu berlutut dan berkata, Guru yang bajik. Apa jawab Yesus? Apakah Dia menjawab, terima kasih, Aku tidak patut menerimanya. Tidak! Yesus tidak pernah mengatakan tidak patut menerima atau maaf, karena Dia adalah Allah, kata-kata seperti itu tidak perlu diucapkan dalam hidup-Nya. Orang muda itu berkata, Guru yang bajik. Bagaimana jawab Yesus? Apakah Dia mengatakan, Aku tidak bajik? Tidak! Yesus menanyakan mengapa kau menyebut aku bajik? Yesus tidak berkata, kau tidak boleh menyebut Aku yang bajik, Dia juga tidak mengatakan, Aku memang tidak bajik, tetapi tanya-Nya, mengapa kau menyebut Aku yang baik? Yang bajik hanya satu, yaitu Allah. Sebab itu, Saksi Yehova mengatakan, bukankah Yesus tidak mengakui diri-Nya adalah bajik? Cara penafsiran itu berbahaya sekali. Karena tidak menafsirkan ayat dengan prinsip total.
Kalau kita menggunakan prinsip total, bagaimana kita menjelaskan ayat itu? Hanya Allahlah yang bajik. Sudahkah kau tahu bahwa Aku ini adalah Allah? Mengapa kita harus menjelaskan seperti itu? Karena waktu itu, soal Yesus adalah Allah, kecuali murid-murid sedikit mengetahui hal itu, orang lain belum mengetahui hal itu. Karena sebelum saat-Nya tiba, Yesus tidak menginginkan banyak orang tahu bahwa Dia adalah Anak Allah. Sampai saat-Nya tiba, murid-murid baru memproklamirkan keilahian-Nya dengan penuh kuasa. Tetapi sebelum saat-Nya tiba, perkara ini hanya dibukakan kepada para murid, tidak dibukakan kepada orang lain. Tapi karena orang itu menyebut Yesus sebagai Guru yang bajik, maka Yesus menanyakan, mengapa kau menyebut Aku sebagai seorang yang bajik? Sudahkah kau tahu, bahwa Aku adalah Allah? Jika ya, sekarang Aku akan mengujimu: kau berkata, sejak kecil kau sudah melakukan Taurat. Intisari Taurat adalah kasih. Mengasihi Allah dan mengasihi manusia adalah dua arah dari kasih. Jika kau sungguh-sungguh mengasihi Allah, dan kau tahu bahwa Aku adalah Allah, tanda dari seorang yang mengasihi Allah, dan tanda dari seorang yang mengasihi sesama adalah berkorban untuk menggenapkan orang lain. Sebab itu, dengan status sebagai Allah, Yesus memberikan dua ujian yang penting, Aku memerintahkan kau, laksanakan! Akhirnya dia gagal; tidak lulus. Juallah milikmu untuk menolong orang miskin, itu adalah tanda kau sungguh-sungguh mengasihi sesama. Sungguhkah dia bisa melaksanakannya? Dia gagal, tidak lulus. Jadi, orang muda itu adalah lulusan Taurat, bisa menghafal Taurat, tetapi di hadapan Yesus Kristus, dia adalah seorang penginjil yang gagal total. Dia lulus dalam pengetahuan, tetapi sama sekali tidak lulus dalam fakta pemahaman rohaninya. Kiranya Tuhan mengasihani kita. Perkataan Yesus tidak berarti Dia menyangkali diri-Nya adalah yang bajik, melainkan Dia ingin membimbing seluruh dunia mengetahui, bajik yang sesungguhnya adalah Allah, sebab itu, Yesus Kristus mempunyai sifat ilahi.
4. Kesejatian-Nya
Yesus Kristus adalah diri-Nya yang sejati. Dunia ini penuh dengan kepalsuan: banyak orang mengakui dirinya berkebudayaan, sebenarnya hanya memoles kelakukannya, supaya terlihat indah, akibatnya, orang yang semakin berkebudayaan, perkataan semakin muluk-muluk, namun yang dipikirkan di dalam hatinya justru semakin najis. Di Hong Kong, ada seorang yang sengaja bekerja di pabrik. Untuk apa? Dia ingin membentuk persekutuan buruh pabrik, memberitakan Injil kepada mereka. Jadi dia perlu mengetahui apa topik pembicaraan mereka, bagaimana kebiasaan hidup mereka? Maka setelah dia menyelesaikan studinya di Amerika, mempunyai title yang tinggi sekali, sebenarnya di abisa mendapat honor yang sangat tinggi, tetapi demi memberitakan Injil kepada para buruh, dia sengaja bekerja sebagai buruh di pabrik tenun, mendapatkan honor yang minim sekali. Setiap hari memperhatikan bagaimana hidup para buruh itu, mempersiapkan diri untuk menginjili mereka. Beberapa tahun kemudian, dia memahami dan mulai menginjili. Suatu hari, dia berkata kepada saya, orang-orang yang di kalangan atas, bahasanya sangat sopan, tapi hatinya berbisa sekali. Sedangkan para buruh, bahasanya kasar luar biasa, tapi hatinya bersih sekali. Kata-kata mereka kotor dan kasar tetapi hati mereka begitu bersih. Waktu mereka memaki orang, tidak memakai tedeng aling-aling, perkataan kotor macam apapun keluar dari mulutnya, bagaikan seorang ibu yang memaki anaknya: babi, anjing, tetapi sangat mengasihi anaknya. Waktu rekan mereka menghadapi kesulitan, sebagian dari honor mereka, akan mereka keluarkan untuk membantunya. Kalau tidak ada Allah yang mengubah karakter kita, kebudayaan dan pendidikan hanya bisa mengubahmu menjadi orang yang makin hari makin munafik.
Orang yang paling munafik, mungkin adalah mereka yang berada di kalangan agama. Ketika Yesus di dunia, orang yang menerima teguran paling keras adalah pemimpin agama, celakalah kamu, hai kamu orang Farisi, ahli Taurat yang munafik! Di dalam syair Shakespeare terdapat kalimat: banyak dosa yang terselubung di balik jubah agama. Yang nampak dari luar adalah aktivitas keagamaan, tetapi di dalamnya tersimpan banyak dosa. Tidak heran, waktu Yesus di dunia, Dia paling tidak segan-segan menegur para pemimpin agama. Apa yang Yesus tegur? Kepalsuan! Sopan santun yang palsu, rendah hati yang palsu, kerohanian yang palsu, kasih yang palsu, pernikahan yang palsu, semua itu tidak berguna. Tuhan kita paling membenci hal-hal yang palsu. Apa sebabnya? Karena Dia adalah diri-Nya yang sejati. Istilah yang paling penting di dalam seluruh kebudayaan Ibrani adalah sejati. Orang Ibrani sungguh-sungguh telah menerima wahyu yang sejati dari PL, tetapi mereka menolak Yesus Kristus. Akibatnya, kebudayaan Ibrani yang paling mementingkan kesejatian, justru membentuk orang yang paling palsu. Kasihan bukan?
Dua perkataan keras yang Yesus sampaikan kepada orang Ibrani:
1. Bapamu bukanlah Abraham, tetapi iblis.
2. Aku memberitahukan kepadamu, tapi karena itulah kamu berniat membunuh Aku.
Kedua perkataan yang keras itu telah merobek kedok palsu orang Ibrani. Karena itu, Yesus hanya mempunyai satu jalan, naik ke atas kayu salib. Setelah Yesus dengan berani merobek kedok mereka, dan harus menghadapi kesulitan salib, apakah Dia melarikan diri? Tidak. Dengan berani Dia berjalan menuju Yerusalem, dengan berani Dia naik ke bukit Golgota, dengan berani Dia disalibkan. Ini merupakan pernyataan yang penting dari diri-Nya yang sejati itu.
Jika kita mau jujur, dan mau sungguh-sungguh rendah hati, kita harus mengakui satu hal, kalau sampai hari ini, kita masih belum mau percaya kepada Yesus adalah sama sekali tidak beralasan. Kita tidak punya alasan apapun untuk tidak percaya kepada Yesus. Kalau sampai hari ini, kau masih belum percaya Yesus adalah karena sengaja menentang Tuhan, maka satu jalan yang tersedia, jalan kebinasaan, jalan yang kau pilih sendiri bagimu. Tidak ada orang yang seperti Yesus, Tuhan yang kudus, Tuhan yang adil dan benar, Tuhan yang bajik, Tuhan yang sejati, demi mengasihi kita, Dia datang ke dalam dunia, beserta dengan manusia. Lihatlah Anak Domba Allah, yang mengangkut dosa dunia, berkatalah kepada Tuhan, ya Tuhan Yesus, aku menerima Engkau, aku percaya kepada-Mu, Firman-Mu memberitahukanku, kehidupan-Mu memberitahuku, Kau adalah Allah.
Sumber: Majalah MOMENTUM No. 34 – September 1997
________________________________________
Dikutip dari:
Advertisements